KEBIJAKAN LUAR NEGERI INDIA TERHADAP PAKISTAN MENGENAI SENJATA NUKLIR
(Pengambilan Keputusan)
Kelompok 2;
Amir Andi
Fauziah Simon
Sarman Songli Suwasistiti
Estu Setyandari
PENDAHULUAN
Dalam mempelajari politik luar negeri, pengertian
dasar yang harus kita ketahui yaitu politik luar negeri itu pada dasarnya
merupakan “Action Theory” atau
kebijaksanaan suatu Negara yang ditujukan ke Negara lain untuk mencapai suatu
kepentingan tertentu. Adapun pengertian politik luar negeri dalam studi
Hubungan Internasional merupakan salah satu bidang kajiannya dan studi yang
kompleks karena tidak hanya melibatkan aspek-aspek eksternal, tetapi juga aspek
aspek internal suatu Negara.
Dengan kajian politik luar sebagai suatu system,
rangsangn dari lingkungan eksternal dan domestik sebagai input yang mempengaruhi politik luar negeri suatu Negara
diperspeksikan oleh para pembuat keputusan dalam suatu proses konversi menjadi output. Pengambilan keputusan tersebut
menurut Malayu S. P. H adalah suatu proses penentuan keputusan yang terbaik
dari sejumlah alternatif untuk melakukan aktivitas-aktivitas pada masa yang
akan datang.
Sebagai contoh, kasus antara India dan Pakistan yang
memiliki nuklir dengan keunggulan dan kelemahan masing-masing. Dimana, India
dengan teknologi nuklir yang lebih canggih tetapi kurang mempunyai sumber daya
uranium sedangkan Pakistan dengan sumber daya uranium yang berlimpah tetapi
kurang pengelolaannya.
Menurut Graham T. Allison ada 3 model dalam
pengambilan keputusan politik luar negeri yaitu Aktor Rasional, Proses
Organisasi, Politik-Birokratik. Untuk itu, dapat kita jumpai pada kasus India
yang sebagai negara paling dipandang dikawasan Asia Selatan sedangkan Pakistan
dengan negara yang mempunyai cadangan nuklir yang berlimpah. Selain itu kedua negara ini sering
bersitegang dan isu yang paling populer
adalah isu perebutan Kashmir diantara kedua negara tersebut.
Setelah berbagai pasang surut hubungan antar kedua
negara tersebut, kini masalah terbaru yang dihadapi adalah masalah pesenjataan
nuklir. Setelah India sempat mengancam Pakistan dengan senjata nuklirnya, lalu
akhir-akhir ini terdengar kabar bahwa India berencana mengakhiri pertegangan itu dengan melakukan perundingan
terhadap Pakistan[1] hal ini terjadi ? Padahal
kita mengerti bahwa India dikenal paling berbahaya di kawasan Asia Selatan.
Dalam paper ini, penulis menggunakan teori dari
Graham T. Allison yaitu teori rasional aktor. Teori ini menjelaskan bagaimana
sebuah kebijakan luar negeri diputuskan yang paling rasional dalam sebuah
negara. Kita analogikan dalam bermain catur berkelompok dan tiap kelompok
mempunyai wakil yang bertugas menggerakkan buah catur tersebut. Wakil tersebut
akan berusaha menggerakkan buah catur
yang dia anggap pilihan paling rasional agar menang atau memakan buah catur
lawan. Demikian pula dengan sebuah negara. Presiden akan mempertimbangkan
masukan yang dia anggap rasional untuk dijadikan sebuah kebijakan luar negeri.
Rasional Aktor model[2] ini
dijelaskan di mana negara diasumsikan sebagai sebuah aktor tunggal rasional
yang membuat keputusan sendiri. Adapun asumsi-asumsi dasar yang berlaku dalam
model ini adalah kebijakan merupakan pilihan dari pemerintah nasional yang akan
memberikan keuntungan terbesar dan kerugian terkecil dibandingkan beberapa
alternatif pilihan lain. Akan tetapi,
model ini kemudian mendapat kritik sehubungan dengan penggambaran kerangka
analisis yang terlalu menyederhanakan masalah. Meskipun banyak pendapat yang
mempercayai negara bergerak sebagai aktor tunggal, hal itu tidak sepenuhnya
dapat dibuktikan.
India rupanya curiga dan takut akan pakta nuklir
yang diam-diam dilakukan antara Pakistan dan Korea Utara.
PEMBAHASAN
Perseteruan hubungan di kawasan Asia Selatan antara
Pakistan dengan India menuai pasang surut. Setelah Pakistan merdeka dari India
rupanya India masih tidak terima dengan kemerdekaan itu. Buktinya India
berusaha selalu menjegal kegiatan Pakistan termasuk dalam pertahanan. Setelah
perang akibat perebutan wilayah Kashmir,
baru-baru ini kita mendengar bahwa kedua negara sedang bersitegang masalah
nuklir. India dengan kekuatan nuklirnya yang canggih sedangkan Pakistan dengan
sumber daya uranium yang berlimpah.
India sejak merdeka dari Inggris memang menjadi
sosok yang paling besar di kawasan Asia
Selatan. Entah itu dalam masalah perekonomian,
pertahanan, dll. Namun sepertinya Pakistan waspada akan hal ini.
Pakistan yang dahulunya lepas dari India karena kurangnya perhatian pemerintah
terhadap warga muslim. Setelah merdeka, hubungan Pakistan dengan India mulai
memanas. Isu yang paling populer adalah perang antar kedua negara memperebutkan
wilayah Kashmir. Setelah itu, kedua negara berupaya saling menonjolkan kekuatan
mereka dengan senjata nuklirnya. Kedua negara pun mulai meminta bantuan
terhadap negara-negara yang memang lebih mahir dalam pengelolaan nuklir seperti
Amerika.
Perselisihan antara India dengan Pakistan memang
sering terjadi. Pakistan menganggap India musuh karena berdasarkan history
Pakistan merdeka sedangkan India menganggap musuh Pakistan karena mereka lepas
dan memperebutkan wilayah Kashmir. Berbagai perundingan mulai dilakukan antara
pihak PBB, Pakistan dan India. Dimana kedua negara berhak mempertahankan apa
yang telah mereka pegang di Kashmir. Hal ini dilakukan melalui pengambilan
keputusan melalui bentuk demokrasi dibawah
pengawasan PBB.
Namun, sebelum terjadinya gencatan senjata antara
India dan Pakistan pada tanggal 13
September 1948 dimana pemerintah India mengirim
pasukannya ke Heyderabad. Pasukan nasionalis Kashmir melakukan pertarungan terhadap pasukan India. Namun,
pasukan tersebut kalah melawan pasukan
India yang kuat. Perebutan wilayah tidak berakhir sampai disitu saja, namun
pada tahun 1962 terjadi perang antara China dengan India. Perang tersebut
berakhir dengan kekalahan India dan membuat Pakistan memiliki kesempatan untuk
mengalahkan India dengan cara meniru apa yang dilakukan oleh China.
Selain itu serangan yang dilakukan oleh Pakistan
mendapat dukungan dari China dan negara-negara muslim lainnya termasuk
Indonesia. Namun, hal ini nampak berbeda dari India dimana ia merupakan negara
Non Blok sehingga dukungan yang diperoleh India hanya sedikit. Negara negara
besar seperti Amerika dan Uni Soviet hanya berperan sebagai negara non blok.
Ternyata disisi lain kedua negara non blok tersebut melakukan kerja sama dengan
salah satu dari kedua negara yang sedang melakukan pertikaian. Dimana AS
melakukan hubungan kerja sama dengan Pakistan serta disisi lain Uni Soviet
melakukan kerja sama dengan Pakistan. Hal ini dapat dilihat oleh persenjataan perang yang digunakan oleh India
dan Pakistan. Sehingga perang ini bisa
disebut sebagai uji coba senjata kedua negara non blok tersebut hingga akhirnya
AS menarik seluruh bantuannya di Pakistan karena merasa takut Uni Soviet akan
menyebarkan paham komunisnnya.
Akhirnya perang yang terjadi di Pakistan tahun 1965
itu dimenangkan oleh India, dikarenakan taktik yang dimiliki oleh India sangat
cerdas dimana ia dapat memanfaatkan arena pertempuran dengan baik. Serta dengan
laporan yang diberikan oleh penduduk Kashmir tentang penyusupan yang dilakukan
oleh tentara Pakistan ke wilayah-wilayah yang memiliki peran penting bagi
India. Disini kita melihat bahwa militer dan politik memiliki peran yang sangat
penting dalam sebuah negara, sehingga dengan melalui kedua hal tersebut maka
sebuah negara akan mengalami kemudahan untuk berkuasa dan mencapai kepentingan
nasionalnya. Karena di kancah Internasional tidak ada lawan maupun kawan abadi
melainkan kepentingan nasional.
Hal inilah yang seharusnya dilakukan Pakistan dimana
apabila Pakistan memiliki kekuatan militer dan politik dalam negaranya agar
stabil. Maka tidak menutup kemungkinan Pakistan dapat mempengaruhi kebijakan
kebijakan yang dibuat oleh negara lain. Terlebih lagi Pakistan mulai
mengembangkan nuklir dan membuat menjadi soft power. Hal inilah yang mebuat
India mulai waswas akan kebangkitan Pakistan. Apalagi Pakistan mempunyai
cadangan uranium yang sangat berlimpah
dan mulai melakukan pendekatan dengan negara-negara yang mempunyai tekhnologi
nuklir canggih seperti China dan Korea Utara.
Namun, setelah kematian presiden Korea Utara rupanya
membuat India takut. Mengapa? Karena India menduga Pakistan telah
mempunyai pakta terhadap Korea Utara
masalah nuklir. India takut jika pergantian rezim di Korea Utara akibat
kematian presiden Kim Jong Il membuat Korea Utara semakin gencar membantu
Pakistan dalam hal persenjataan nuklir. Seperti yang telah kita ketahui bersama
bahwa Korea Utara dan Iran adalah musuh utama Amerika Serikat karena kedua
negara ini mempunyai persenjataan nuklir yang mereka klaim bisa menandingi
kecanggihan senjata nuklir milik AS.
Berdasarkan teori kebijakan luar negeri milik Graham
T. Allison, perilaku India untuk melakukan
perundingan kepada Pakistan masalah nuklir termasuk kebijakan Rasional Aktor.
Hal ini dikarenakan kebijakan India ini diputuskan oleh satu aktor saja yaitu
pemegang kekuasaan di India. Dalam teori tersebut dijelaskan bahwa model
rasional aktor dalam pengambilan kebijakan luar negeri sebuah negara ditentukan
oleh pemegang kekuasaan negara tersebut berdasarkan kebijakan yang dia nilai
paling rasional dan aman untuk dilakukan.
Di sini penulis menganalisa bahwa India berupaya
melakukan perdamaian nuklir dengan
Pakistan karena takut akan pakta nuklir yang dicurigai India telah dibuat
antara Pakistan dengan Korea Utara. Apalagi setelah kematian presiden Korea
Utara Kim Jong Il rupanya India semakin waspada. India mewaspadai bahwa
kematian presiden Kim Jong Il membuat Korea Utara semakin gencar membantu
Pakistan dalam masalah persenjataan nuklir.
PENUTUP
Kita paham bagaimana posisi India di kawasan Asia
Selatan. India sebagai negara paling kuat di kawasan itu. Pakistan adalah
negara yang selalu berusaha menjegal
India. Kedua negara tersebut sering berkonflik. Namun, Pakistan yang sudah
sangat mungkin kalah tetapi tetap berjuang. Pakistan menggunakan cara dengan
mendekati negara-negara yang mempunyai teknologi nuklir yang canggih.
India mulai waspada akan kebangkitan militer
Pakistan. India mencurigai Pakistan membuat pakta nuklir dengan Korea Utara.
Apalagi Pakistan mempunyai cadangan uranium yang berlimpah. Hal inilah yang
membuat India mengajak Pakistan untuk berunding guna berdamai dalam perang dan saling terbuka masalah persejataan
nuklir di kedua negara.
Hal itulah yang penulis angkat sebagai case study
dalam teori Graham T. Allison. Dimana penulis mengangkat teori rasional aktor.
Rasional Aktor model ini dijelaskan di mana negara diasumsikan sebagai sebuah
aktor tunggal rasional yang membuat keputusan sendiri. Adapun asumsi-asumsi
dasar yang berlaku dalam model ini
adalah kebijakan merupakan pilihan dari pemerintah nasional yang akan
memberikan keuntungan terbesar dan kerugian terkecil dibandingkan beberapa
alternatif pilihan lain. Akan tetapi, model ini kemudian mendapat kritik
sehubungan dengan penggambaran kerangka analisis yang terlalu menyederhanakan
masalah. Meskipun banyak pendapat yang mempercayai negara bergerak sebagai
aktor tunggal, hal itu tidak sepenuhnya dapat dibuktikan.
REFERENSI
Buku
Allison, Graham
T. 1994. “Conceptual Models and the Cuban Missile Crisis”, dalam S.
JohnIkenberry. American Foreign Policy, Theoretical Essays (3rd edition), (New
York: Longman).
Internet
http://news.okezone.com/read/2011/12/20/413/544705/india-takut-kebangkitan pakta-nuklir-korut-pakistan. diakses
tanggal 11 November 2014 Pukul 12.05 Wita.
[1]http://news.okezone.com/read/2011/12/20/413/544705/india-takut-kebangkitan pakta-nuklir-korut-pakistan. diakses
tanggal 11 November 2014 Pukul 12.05 Wita.
[2] Graham T. Allison, “Conceptual
Models and the Cuban Missile Crisis”, dalam S. JohnIkenberry. American Foreign
Policy, Theoretical Essays (3rd edition), (New York: Longman, 1994), hal
415-418.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar