Senin, 20 April 2015

Intelijen & Lobi Yahudi (Praktek Diplomasi)



 PROFIL NEGARA PALESTINA
PROFIL BADAN INTELIJEN







AMIR
1210521017


program studi ilmu hubungan internasional
FAKULTAS EKONOMI & ILMU-ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS FAJAR
2014/2015
PENDAHULUAN
Palestina adalah sebuah nama yang diberikan bangsa Romawi pada abad ke 2 ke wilayah yang kini dikenal dengan nama Timur Tengah dan terletak di pesisir timur Laut Mediterania barat dari Yordania. Nama ini berasal dari bahasa Yunani Palaestina, atau "Tanah orang Filistin," orang-orang pelaut yang menetap daerah pesisir kecil sebelah timur laut dari Mesir, dekat kini Gaza, sekitar abad kedua belas SM Juga dikenal sebagai Tanah Suci, Palestina dianggap suci oleh orang-orang Kristen, Yahudi, dan Muslim, beberapa peristiwa yang paling penting dalam setiap agama memiliki terjadi di sana, terutama di kota Yerusalem.[1]
Saat ini daerah Palestina terbagi menjadi dua entitas politik yakni Daerah negara Israel dan Daerah Otoritas Nasional Palestina, yaitu sebagian besar Tepi Barat dan seluruh Jalur Gaza. Seiring perkembangan zaman, komplik antara Orang-orang Islam yg ada di Palestina dan Israel beberapa kali terjadi termasuk pada tahun 2012 ini dengan sebab politk dalam hal perbedaan pendapat tentang status wilayah politik masing-masing negara.[2] Konflik Palestina-Israel adalah konflik yang paling lama berlangsung di wilayah Timur Tengah (dengan mengenyampingkan Perang Salib), yang menyebabkannya menjadi perhatian utama masyarakat internasional. Sebagai contoh, konflik antara keduanya menjadi agenda pertama dalam Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), ketika PBB baru terbentuk dan sampai saat ini belum terselesaikan meski ratusan resolusi telah dikeluarkan. Kedua entitas politik ini telah “bertarung” di kawasan Timur Tengah semenjak berdirinya negara Israel pada tahun 1948.
Dalam beberapa waktu belakangan, telah terjadi serangkaian peristiwa penting yang menandai proses perdamaian antara kedua entitas ini. Tetapi, konflik antara Palestina – Israel tidak bisa hanya dilihat dari kejadian 5 atau 10 tahun belakangan. Perseteruan antara kedua entitas ini telah berlangsung selama enam dekade (jika dihitung dari terbentuknya negara Israel), dan dimulainya konflik antara Palestina – Israel telah melalui latar belakang sejarah yang cukup panjang. Untuk menjaga kedaulatan Negara, maka harus melakukan segala upayah untuk mempertahankan keamanannya karena keamanan nasional Negara merupakan harga mati buat tetap exis sebagai Negara.[3]
Keamanan Nasional adalah lazim dimiliki bagi setiap negara. Dalam mempertahankan persatuan dan kesadan Ketahanan negara, yang mana konsep keamanan adalah berorientasi pada pertahanan dan ketahanan secara militer.[4] Namun dalam kenyataanya, isu-isu keamanan dalam negara tidaklah selalu bersifat militer semata. Persolan keamanan nasional maupun internasional juga kerap berkaitan dengan aspek-aspek non militer seperti kesenjangan ekonomi, masalah kesehatan, penyelundupan narkotika, dan Spionase. Tentunya, setiap negara harus dapat mendirikan suatu ketahanan yang dapat menciptakan situasi yang aman dan terbebas dari ancaman dan gangguan apapun.
Spionase adalah penyelidikan secara rahasia terhadap data kemiliteran dan data ekonomi negara lain; segala sesuatu yang berhubungan dengan seluk-beluk spion; pemata-mataan.[5] Namun demikian, istilah spionase pada praktiknya digunakan untuk menyebut kegiatan intelijen secara luas. Agar berjalan sukses, spionase membutuhkan individu yang memiliki kemampuan khusus. Agen spionase harus berani, mampu berpikir cepat, dan cerdas, mengingat tugas yang harus mereka selesaikan tergolong sulit dan berbahaya. Spionase melibatkan akses fisik ke sebuah lokasi di mana informasi rahasia disimpan. Terdapat sejumlah cara untuk mencapai tujuan ini, misalnya, mendapatkan pekerjaan sebagai anggota sah dari suatu organisasi tertentu yang ingin dicuri informasinya.[6] Keberadaan badan intelijen bagi suatu negara merupakan sebuah keharusan, karena intelijen laksana mata dan kuping pemerintah mengawasi anasir-anasir asing atau kegiatan yang berpotensi mengancam Negara.
PASUKAN KEAMANAN NASIONAL PALESTINA
Otoritas Nasional Palestina atau Palestina merupakan sebuah negara yang berbentuk Republik Parlementer yang diumumkan berdirinya pada tanggal 15 November 1988 di Aljiria, ibu kota Aljazair. Pada tahun 1993, dalam Persetujuan Oslo, Israel mengakui tim negosiasi Organisasi Pembebasan Palestina atau Palestine Liberation Organization (PLO) atau (Munazzamat al-Tahrir al-Filastiniyyah) sebagai "mewakili rakyat Palestina", dengan imbalan PLO mengakui hak Israel untuk eksis dalam damai, dan penolakannya terhadap "kekerasan dan terorisme". Sementara Israel menduduki wilayah Palestina, sebagai hasil dari Persetujuan Oslo, PLO mendirikan sebuah badan administratif sementara: Otoritas Nasional Palestina (PNA atau PA), yang memiliki beberapa fungsi pemerintahan di bagian Tepi Barat dan Jalur Gaza. Pengambilalihan Jalur Gaza oleh Hamas membagi wilayah Palestina secara politik, dengan Fatah yang dipimpin oleh Mahmoud Abbas menguasai Tepi Barat dan diakui secara internasional sebagai Otoritas Palestina resmi, sementara Hamas telah mengamankan kekuasaannya atas Jalur Gaza. Pada bulan April 2011, kedua pihak telah menandatangani perjanjian rekonsiliasi, tetapi pelaksanaannya masih terbengkalai.
Hingga 18 Januari 2012, 129 (66,8%) dari 193 negara anggota PBB telah mengakui Negara Palestina. Banyak negara yang tidak mengakui Negara Palestina tetap mengakui PLO sebagai "wakil rakyat Palestina".  Selain itu, komite eksekutif PLO diberdayakan oleh PNC untuk melakukan fungsi pemerintah Negara Palestina.[7] Sedikitnya 112 negara di seluruh dunia secara resmi mengakui Palestina sebagai sebuah negara, mulai dari kawasan Afrika hingga Asia, Eropa dan Amerika Latin. Di Amerika Latin, Uruguay dan Peru bergabung dengan negara-negara lain yang mengakui Palestina tahun ini, dimana 12 dari 13 negara di kawasan itu secara resmi mengakui Palestina sebagai sebuah negara. Hanya Kolombia, sekutu utama AS di kawasan itu, yang tidak memberikan pengakuan. Di Amerika Tengah, negara Palestina diakui oleh Kuba, Costa Rica, Nikaragua, Honduras dan El Salvador. Negara-negara Arab juga memberikan pengakuan kepada Palestina, termasuk Suriah pada Juli tahun ini. Di Eropa, Islandia menjadi negara terakhir yang mengakui Palestina, setelah Republik Ceko, Hongaria, Malta dan Polandia. Dan sekitar 150 negara mempertahankan hubungan diplomatik dengan Palestina.[8]
Dengan banyaknya dukungan dari 112 negara dan ditambah 5 negara barat yang mulai mendukung kedudukan Palestina untuk merdeka yaitu Swedia, Polandia, Rusia, Prancis, dan Inggris. Akan tetapi, konflik dinegara tersebut masih terjadi Dengan kekerasan yang sedang berlangsung terus menghancurkan kesepakatan damai dengan susah payah. Namun, Palestina dan pstabilitas erdamaian di Timur Tengah masih tampak sulit dipahami pada awal abad kedua puluh satu ini. Untuk itu, didirikanlah Pasukan Keamanan Nasional Palestina (NFS) dengan tujuan menjaga keamanan Palestina.
Pasukan Keamanan Nasional Palestina (NFS) didirikan 1993 adalah pasukan paramiliter dari Otoritas Nasional Palestina (PNA). Pasukan Keamanan Nasional Palestina terlibat dalam berbagai kegiatan yang meliputi antara lain, menjaga keamanan dan perlindungan dari Presiden Palestina dan Kepemimpinan Palestina. Mereka juga berfungsi secara umum sebagai lembaga penegak hukum. Direktur Jenderal Pasukan Keamanan Nasional Palestina adalah Mayor Jenderal Nasser Yousef.
Presiden Guard (PG) merupakan kekuatan yang terpisah, awalnya bukan bagian dari NSF. Sejak penandatanganan Persetujuan Oslo, pasukan ini beroperasi di daerah-daerah yang dikuasai oleh PNA.[9] Presiden Guard terdiri seluruhnya dari anggota yang setia pada Fatah. Hal ini bertanggung jawab untuk keamanan pribadi Presiden Otoritas Nasional Palestina dan tamu VIP nya. Awalnya terdiri dari sekitar 90 petugas di bawah Presiden Yasser Arafat, Pengawal Presiden telah meningkat menjadi 1.000 di bawah penggantinya Mahmoud Abbas pada tahun 2006.[10] Sehingga keamanan Palestina bisa terjaga dengan kekuatan yang dimilikinya.
Total kekuatan pasukan Otoritas Palestina pada Mei 2007 diperkirakan mencapai 176.500, dipecah sebagai berikut:[11]
·      Angkatan Keamanan Publik - 35.000
·      Kepolisian Sipil - 21.000
·      Pasukan Keamanan Preventif - 24.000
·      Militer, Polisi Angkatan Laut, 17 - 30.000
·      Keamanan Presiden - 57.000
·      Angkatan Operasi - 45.000
·      Polisi Pesisir, Pertahanan Sipil, Angkatan Udara, Bea dan Cukai Kepolisian dan Dinas Keamanan Universitas - 18.500
·      Intelijen Umum - 19.000
BADAN INTELIJEN PALESTINA
Intelijen ada seumur dengan keberadaan manusia. Idiom ini menjadi satu pembenaran untuk menegaskan keberadaannya. Intelijen tidak hanya dibutuhkan oleh negara-negara yang secara definitif sudah merdeka, tetapi juga badan-badan perjuangan kemerdekaan. Bahkan negara-negara yang sudah maju dalam bidang pertahanan dan keamanan masih tetap mengembangkan dinas intelijennya.[12] Begitu juga dengan Negara Palestina mengembangkan Badan Intelijen negaranya agar keamanan bisa tercipta ditengah percaturan politik dunia. Badan Intelijen Palestina disebut Mukhabbarat al-Amma adalah badan intelijen utama dari Otoritas Palestina. Tujuan utamanya adalah pengumpulan intelijen dalam dan luar negeri, dan kontra-spionase.[13]
 General Intelligence (Mukhabbarat al-Amma) Palestina Resmi didirikan dengan 1994 pada kesepakatan Kairo adalah lengan intelijen utama dari Otoritas Palestina (PA), yang terdiri dari sekitar 3.000 petugas. General Intelligence terlibat dalam pengumpulan intelijen dalam dan luar negeri, operasi spionase, dan pencegahan subversi dalam negeri. General Intelligence, dipimpin oleh Amin al-Hindi,  dan mengundurkan diri pada bulan Juli 2004 karena tuntutan luas untuk reformasi PA, dan serangkaian penculikan yang merusak otoritas dan berbicara dengan meningkatnya kekacauan di wilayah Palestina. Bertindak sebagai pengganti Al-Hindi itu, Tareq Abu Rajab, yang lolos dari upaya pembunuhan oleh seseorang bersenjata di Jalur Gaza pada akhir Agustus 2004.[14]


REFERENSI;
Buku;
Sayigh, Yezid (1999). Armed Struggle and the Search for State: The Palestinian National Movement, 1949–1993 (ed. illustrated). Oxford University Press.
Internet;
Abbas outlaws Hamas's paramilitary Executive Force. Richard Boudreaux, The Boston Globe, Diakses Tanggal 1 April 2015 Pukul 15.56 Wita
Perspektif Baru Keamanan Nasional, terdapat pada www.polarhome.com/pipermail/marinir/2005-september/000902.html Diakses Tanggal 31 Maret 2015 Pukul 15.30 Wita
U.S. training Fatah in anti-terror tactics. Matthew Kalman, San Francisco Chronicle, Diakses Tanggal 1 April 2015 Pukul 15.59 Wita
http://duniabaca.com/intelijen-negara-dalam-perspektif-ketatanegaraan-indonesia-dan-ketatanegaraan-islam.html Diakses Tanggal 9 April 2015 Pukul 09.54 Wita
http://kamus.cektkp.com/spionase/ Diakses Tanggal 31 Maret 2015 Pukul 15.35 Wita
http://www.amazine.co/25151/apa-itu-spionase-fakta-sejarah-informasi-lainnya/ Diakses Tanggal 31 Maret 2015 Pukul 15.48 Wita
http://www.artikel.majlisasmanabawi.net/kamus-spiritual/mengenal-negara-palestina/ Diakses Tanggal 31 Maret 2015 Pukul 15.02 Wita
http://www.cvni.net/radio/nsnl/nsnl089/nsnl89ps.html Diakses Tanggal 9 April 2015 Pukul 10.03 Wita
http://www.everyculture.com/No-Sa/Palestine-West-Bank-and-Gaza-Strip.html Diakses Tanggal 31 Maret 2015 Pukul 14.35 Wita
http://www.globalsecurity.org/intell/world/palestine/gi.htm Diakses Tanggal 9 April 2015 Pukul 11.09 Wita
https://www.jewishvirtuallibrary.org/jsource/Terrorism/palfactions.html Diakses Tanggal 1 April 2015 Pukul 16.08 Wita
www.voaindonesia.com/ Diakses Tanggal 31 Maret 2015 Pukul 14.47 Wita


[3] www.voaindonesia.com/ Diakses Tanggal 31 Maret 2015 Pukul 14.47 Wita
[4]Perspektif Baru Keamanan Nasional, terdapat pada www.polarhome.com/pipermail/marinir/2005-september/000902.html Diakses Tanggal 31 Maret 2015 Pukul 15.30 Wita
[5] http://kamus.cektkp.com/spionase/ Diakses Tanggal 31 Maret 2015 Pukul 15.35 Wita
[7] Sayigh, Yezid (1999). Armed Struggle and the Search for State: The Palestinian National Movement, 1949–1993 (ed. illustrated). Oxford University Press. hlm. 624
[9] Abbas outlaws Hamas's paramilitary Executive Force. Richard Boudreaux, The Boston Globe, Diakses Tanggal 1 April 2015 Pukul 15.56 Wita
[10] U.S. training Fatah in anti-terror tactics. Matthew Kalman, San Francisco Chronicle, Diakses Tanggal 1 April 2015 Pukul 15.59 Wita
[13] http://www.cvni.net/radio/nsnl/nsnl089/nsnl89ps.html Diakses Tanggal 9 April 2015 Pukul 10.03 Wita
[14] http://www.globalsecurity.org/intell/world/palestine/gi.htm Diakses Tanggal 9 April 2015 Pukul 11.09 Wita

Tidak ada komentar:

Posting Komentar