LAPORAN KULIAH KERJA
LAPANGAN PROFESI (KKLP)
PENGEMBANGAN KEBIJAKAN
LUAR NEGERI
BADAN PENGKAJIAN DAN
PENGEMBANGAN KEBIJAKAN KEMENTRIAN LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA
Diajukan Sebagai Syarat
Lulus Kuliah Kerja Lapangan Profesi (KKLP)
Di Badan Pengkajian dan
Pengembangan Kebijakan
Kementerian Luar Negeri
Republik Indonesia
Tahun 2015
AMIR
1210521017
PROGRAM
STUDI S1 ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS
EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS
FAJAR
2015
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum, Warahmatullahi
Wabarakatuh.
Bismillahirrahmanirrahim
Puji dan
syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas anugerah yang dilimpahkan
kepada hamba-Nya, sehingga penulisan Laporan Kuliah Kerja Lapang Profesi (KKLP)
ini dapat diselesaikan dengan baik. Tak lupa penulis kirimkan shalawat dan
taslim atas junjungan Nabi Besar Muhammad SAW, Rasul yang diutus oleh Allah SWT
untuk menjadi rahmatan lil alamin.
Laporan KKLP ini disusun untuk memenuhi
sebagian persyaratan guna menyelesaikan pendidikan S1 pada Program Studi Ilmu Hubungan
Internasional, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, Universitas Fajar Makassar.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan Laporan KKLP ini tidak lepas dari
bimbingan, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Maka melalui kesempatan
ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof.
Drs. H. Sadly Abdul Djabbar, MPA, selaku Rektor Universitas Fajar Makassar.
2. Dede
Rohman, S.IP, selaku Ketua Progran Studi Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas
Ekonomi dan Ilmu Sosial, Universitas Fajar.
3. Andi
Meganingratna, S.IP., M.Si, sebagai Penanggung Jawab KKLP yang telah memberikan
bimbingan yang berarti bagi penulis.
4. Dimas
Muhammad, S.IP sebagai Pembimbing KKLP yang tak pernah bosan memberikan dukungan
dan arahan yang sangat berarti selama proses KKLP ini Berlangsung.
5. Para
Dosen HI (Bapak Achmad, S.IP, Ibu Kardina, S.IP., MA, Bapak Syamsul Asri,
S.IP., M.Fil.) dan Staf Akademik FEIS dan Universitas, Serta Staf P3K2 Asia
Pasifik dan Afrika (Pak Hery, Bu Yani, Pak Budi, Pak Yudi, Pak Dery, Pak Iqbal,
Pak Arifi, Ibu Lola, Ibu Mela, Ibu Dita dan Ibu Sendi) atas bimbingan, bantuan
dan dukungan yang mereka berikan kepada penulis.
6. Teman-teman
Magang Periode September (Agustina Siahaan, Yoseph Siregar, Mars dan Putri )
Terima
Kasih pula untuk:
1.
Bapak dan Ibuku tercinta, Fatang dan Nati untuk semua
cinta yang tak terbatas, semua doa yang tak putus dan pengorbanan yang tak ada
habisnya.
2.
Kakakku tercinta beserta Keluarga Kecilnya, Roslina,
Abdul Halim dan Muhammad Abiyallahu Akbar.
3.
Teman-temanku di HI UNIFA 12 : Akram, Ilham, Jefri,
Simon, Abi, Lovyi, Estu, Ifa, Ipa, Lia, Sweeta, Uci, Tri dan semua kawan HI 12 yang lain; Ani, Oji,
dan Bayu KW
4.
Teman serumah KKLP Periode 1 – 30 September 2015,
Muhammad Akram (Pusat Pengembangan Kebijakan dan Kawasan Organisasi
Internasional(P3K-OI) dan Tetangga rumah Swasistiti Estu setyandari (Ditjen
Amerika dan Eropa Barat)
Penulis
menyadari, masih banyak kekeliruan dan kekurangan di dalam karya tulis ini,
seperti Halnya Pepatah “Tak Ada Gading Yang Tak Retak”. Semuanya ini
dikarenakan berbagai keterbatasan sehingga laporan KKLP tulis ini boleh
dikatakan masih jauh dari kesempurnaan. Sekali lagi penulis mengucapkan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu dalam proses
penyusunan laporan ini.
Akhir kata,
penulis panjatkan syukur Alhamdulillah, atas segala pertolongan Allah SWT dan
Semua Pihak yang Membantu Penulis dalam Penyususnan Laporan Ini. Karena
tanpa-Nya, semua ini tak akan selesai. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi
kita semua. Amin.
Wasalamualaikum Warahmatullahi
Wabarakatuh.
Makassar,
10 November 2015
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................
i
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................
ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................
vi
DAFTAR BAGAN ................................................................................................ vii
BAB I : PENDAHULUAN.....................................................................................
1
1.1
Latar Belakang....................................................................................
1
1.2
Rumusan Masalah................................................................................
6
1.3
Tujuan KKLP......................................................................................
6
1.4
Manfaat KKLP ................................................................................... 7
BAB II : LANDASAN TEORI .............................................................................. 8
2.1 Pengembangan Kebijakan Luar Negeri BPPK
KEMLU RI ................ 8
2.2 Teori Diplomasi ................................................................................... 10
BAB III : GAMBARAN UMUM TEMPAT KKLP.............................................
15
3.1 Sejarah Badan Pengkajian dan
Pengembangan Kebijakan (BPPK) Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia.............................................................................
15
3.2 Struktur Badan Pengkajian
dan Pengembangan Kebijakan
(BPPK) Kementerian Luar
Negeri Republik Indonesia......................
20
3.3 Gambaran
Umum Wilayah Kerja ....................................................... 25
BAB IV : HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN......................................
30
4.1
Kegiatan Khusus BPPK KEMLU RI di Pusat Pengkajian
dan
Pengembangan Kebijakan Kawasan Asia Pasifik dan
Afrika
(P3K2-Aspasaf) Periode Tanggal
1 –
30 September 2015......................................................................
30
4.2 Tugas Utama di Pusat Pengkajian dan Pengembangan
Kebijakan
Kawasan Asia Pasifik dan Afrika (P3K2 Aspasaf)
BPPK
Kemlu RI Periode 1 – 30 September 2015...............................
42
4.3 Prosedur di BPPK KEMLU RI di Pusat Pengkajian dan
Pengembangan Kebijakan Kawasan Asia Pasifik
dan Afrika
(P3K2-Aspasaf)...................................................................................
45
BAB V : PENUTUP...............................................................................................
49
5.1 Simpulan..............................................................................................
49
5.2 Saran.................................................................................................... 50
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................
53
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR BAGAN
Bagan 1. Struktur Sekretariat BPPK Kemlu RI ................................................... 21
Bagan 2. Struktur P3K2 Aspasaf BPPK Kemlu RI ............................................. 22
Bagan 3. Struktur P3K2 Amerop BPPK Kemlu RI.............................................
23
Bagan 4. Struktur P3K-OI BPPK Kemlu RI ....................................................... 24
Bagan 5. Daftar Pejabat P3K2 Aspasaf BPPK Kemlu RI ................................... 29
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dinamika
Hubungan Internasional pada satu dasawarsa terakhir ini menunjukkan berbagai
kecenderungan baru yang secara substansial sangat berbeda dengan masa-masa
sebelumnya.[1]
Ada banyak contoh yang dapat kita lihat untuk memperkuat pernyataan diatas,
seperti berakhirnya Perang Dingin, mengemukanya isu-isu baru yang secara
signifikan telah mengubah wajah dunia seperti konflik etnis, munculnya
terorisme internasional, mengemukanya globalisasi dengan segala aspeknya,
regionalisasi di berbagai penjuru dunia dan kecenderungan internasionalisasi
isu-isu lokal. Berbagai kecenderungan baru yang tengah melanda dunia ini
tentunya membawa konsekuensi-konsekuensi baru terhadap interaksi global,
sehingga tidaklah berlebihan apabila Stanley Hoffman menyatakan bahwa “Our World Become More and More Complex”.[2]
Bagi
suatu negara, kebijakan luar negeri merupakan salah satu keputusan seorang
pemimpin negara dalam menjalankan pemerintahannya. Kebijakan luar negeri yang
tepat dan benar diharapkan dapat diputuskan oleh seorang pemimpin. Kebijakan
luar negeri menjadi patokan bagaimana seorang pemimpin dinilai kapabilitasnya
dalam memimpin negara. Sebagai contoh Perdana Menteri Inggris, Neville
Chamberlain dan Adolf Hitler. Pada tahun 1938 Chamberlain setuju untuk menyerahkan
daerah Sudentenland kepada Hitler dengan syarat Jerman tidak boleh menganeksasi
daerah lain. Chamberlain percaya bahwa Jerman akan memenuhi janjinya. Namun,
Hitler justru memicu terjadinya Perang Dunia II yang membuat Chamberlain
dianggap bodoh karena tertipu oleh Jerman.[3]
Dari kasus
diatas dapat kita lihat bahwa pengambilan keputusan dalam kebijakan luar negeri
merupakan hal yang penting bagi seorang pemimpin dalam menjalankan
pemerintahannya. Kebijakan luar negeri didefinisikan sebagai “jalan untuk
mengerti perilaku suatu negara terhadap negara lain ataupun lingkungan
internasional”.[4]
Pengambilan keputusan tidak secara langsung di putuskan oleh Presiden dalam
melaksanakan politik luar negerinya akan tetapi ada beberapa instansi-instansi
yang memberikan suatu masukan dan saran agar kepentingannya dapat tercapai.
Seperti yang terjadi di Pemerintahan Indonesia yang terdapat suatu badan yang
membantu Presiden dalam memberikan rekomendasi dalam pengembangan kebijakan
luar negeri Indonesia yakni Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia dan
Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Luar Negeri Kementerian Luar Negeri
Republik Indonesia (BPPK KEMLU RI).
BPPK KEMLU
RI memberikan masukan dan saran ke pimpinan kemlu yang diteruskan ke presiden
dalam hal pengambilan keputusan melalui policy
analysis yang menyiapkan hasil kajian yang berkualitas dan policy development yang mengembangkan
kebijakan luar negeri. Apabila kedua hal tersebut berjalan sesuai dengan
kondisi internasional maka bisa memberikan keuntungan bagi Indonesia di
percaturan dunia internasional dengan penerapan konsep diplomasi.
Sebagai
contoh, kebijakan luar negeri Indonesia yang cukup aktif dalam meningkatkan
citra Indonesia sebagai aktor regional dan global. Hal ini diperlihatkan dengan
pelaksanaan berbagai forum regional dan global yang di selenggarakan BPPK KEMLU
RI dengana beberapa negara seperti ASEAN + 3. Salah satu kegiatannya adalah Network of East Asian Think Tanks (NEAT)
: Enhancing Maritime Connectivity Annual Conferences,
di Hotel Grand Royal Panghegar Bandung, pada tanggal 7-8 September 2015.
NEAT
merupakan forum cendekiawan di Asia Timur yang bertugas mendorong integritas
kawasan. Pada tahun 2015 Indonesia terpilih sebagai ketua dalam kegiatan ini
tema utama yang diusung oleh Indonesia yakni kerjasama maritim. Dimana, sebelum
pelaksanaan pertemuan ini sudah ada perumusan mengenai kerjasama maritim di
Asia Timur pada tanggal 5 Agustus 2015 di Tokyo dan Bangkok. Dalam hal,
Pengembangan Kebijakan yang dilaksanakan Indonesia melalui BPPK KEMLU RI dapat
dilihat dari kesiapan Indonesia menata Kerjasama di Bidang Maritim yang hanya
awalnya merupaka suatu draft yang dihasilkan di Tokyo dan sistem modal
transportasi kedalam koridor ekonomi di Bangkok. pengembangan kebijakan ini
ditanggapi serius oleh negara-negara ASEAN +3 secara terbuka di forum NEAT di
Bandung.
Kerjasama
maritim yang juga merupakan visi misi Presiden Jokowi sangat bermanfaat diketahui
oleh semua kalangan di Indonesia terkhusus mahasiswa yang bergelut di Dunia
Hubungan Internasinal. Untuk itu, mahasiswa dari Program Studi S1 Ilmu Hubungan
Internasional harus dibekali ilmu dengan pelaksanaan Kuliah Kerja Lapang
Profesi (KKLP).
KKLP adalah Mata Kuliah
wajib di Universitas Fajar pada semester tujuh. Sebagai mahasiswa Program Studi
S1 Ilmu Hubungan Internasional yang memprogramkan mata kuliah tersebut dengan
pelaksanaan secara maksimal selama satu bulan sebagai salah satu bentuk pengajaran
dan pembekalan dengan cara menimba pengetahuan dan pengalaman praktis pada
dunia kerja. Selain itu, KKLP juga mengantarkan penulis untuk mengamati
fenomena yang melanda dunia internasional.
Selama
pelaksanaan KKLP, penulis bisa memahami dan melihat interaksi internasional
melalui diplomasi secara nyata. Dimana, penulis bisa menyaksikan secara
langsung bagaimana proses diplomasi yang dilakukan kedua negara atau lebih
untuk menghasilkan kerjasama melalui negosiasi, baik diplomasi bilateral maupun
diplomasi multilateral.
Penulis
melaksanakan kegiatan KKLP di Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan
Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia (BPPK KEMLU-RI) yang beralamat di
Jalan Pejambon No. 6 Jakarta Pusat Kode Pos: 10110. Penulis
melaksanaankan kegiatan KKLP ini selama satu bulan yakni dimulai tanggal
1 – 30 Sepember 2015. Dimana jam kerja
yang ditentukan pihak BPPK KEMLU-RI adalah setiap hari Senin sampai Kamis dan
dimulai dari pukul 08.00 sampai 16.00 Wib dan pada hari Jum’at dimulai dari
pukul 08.00 sampai 16.30 Wib. BPPK terdiri dari
beberapa bagian yang terdiri dari:
a.
Sekretariat Badan Pengkajian
dan Pengembangan Kebijakan (Set.BPPK), yang dipimpim oleh seorang
Sekretaris/Kepala Sekretariat.
b.
Pusat Pengkajian dan
Pengembangan Kebijakan Kawasan Asia Pasifik dan Afrika (P3K2 ASPASAF), yang
dipimpin oleh seorang Kepala Pusat.
c.
Pusat Pengkajian dan
Pengembangan Kebijakan Kawasan Amerika dan Eropa (P3K2 AMEROP), yang dipimpin
oleh seorang Kepala Pusat.
d.
Pusat Pengkajian dan
Pengembangan Kebijakan pada Organisasi Internasional (P3K OI), yang diimpin
oleh seorang Kepala Pusat.
Pada periode September 2015 saat Penulis diterima untuk melaksanakan
kegiatan KKLP tersebut, penulis ditempatkan di bagian Pusat Pengkajian dan Pengembangan
Kebijakan Kawasan Asia Pasifik dan Afrika (P3K2 ASPASAF) BPPK KEMLU RI.
Adapun alasan penulis memilih BPPK KEMLU-RI sebagai tempat Magang karena
melihat BPPK KEMLU-RI yang merupakan suatu badan yang bertugas dalam memberi
rekomendasi dalam perumusan kebijakan luar negeri. Jadi, penulis sangat tertarik dibidang
pengkajian tersebut dan ingin mengetahui bagaimana suatu fenomena bisa dikaji
dan direkomendasikan ke menteri luar negeri untuk perumusan kebijakan luar negeri
melalui Policy Analysis and Policy
Development.
Menurut penulis, jika diibaratkan tubuh manusia BBPK KEMLU RI ini
merupakan otak di organ tubuh manusia. Jadi, BPPK adalah pembuat rumusan suatu
fenomena yang bisa menguntungkan bagi kepentingan Indonesia dan KEMLU RI
merupakan tubuh manusia yang bekerja untuk melaksanakan diplomasi dan negosiasi
dengan negara lain.
Selama melaksanakan kegiatan KKLP ini, penulis telah mendapatkan
berbagai macam pengalaman yang tidak mungkin dilupakan dan menjadi bekal untuk
masuk ke dunia kerja apabila sudah mendapat gelar S1 kelak. Selain sebagai
persyaratan memperoleh gelar sarjana, KKLP juga merupakan suatu wadah yang
sangat membantu dalam membentuk karakter penulis selama satu bulan mengenai
dunia kerja di BPPK KEMLU RI.
1.2 Rumusan Masalah
Melalui
Policy Analysis and Policy Development BPPK KEMLU RI
memeberikan rekomendasi terhadap pelaksanan kebijakan luar negeri RI dimana
pelaksanaan tersebut dilaksanakan dengan sistem diplomasi yang efektif guna
tercapaiannya tujuan nasionalnya. Dengan alasan ini maka penulis merasa tertarik
untuk membahas permasalahan tersebut dengan rumusan masalah: Bagaimana Bentuk
Pengembangan Kebijakan Luar Negeri pada Badan Pengkajian dan Pengembangan
Kebiljakan Luar Negeri RI (BPPK KEMLU RI) ?
1.3 Tujuan KKLP
Tujuan Pelaksanakan KKLP di P3K2 ASPASAF BPPK
KEMLU RI, sebagai berikut:
1.
Untuk memenuhi persyaratan kurikulum di
Universitas Fajar khususnya program Studi Ilmu Hubungan Internasional.
2.
Untuk mengetahui cara BPPK KEMLU RI dalam
mengkaji isu internasional yang nantinya akan dikembangkan menjadi rekomendasi
dalam perumusan kebijakan luar negeri untuk mencapai kepentingan nasional
Indonesia.
3.
Untuk pembelajaran bagi penulis dalam
mendapatkan pengalaman kerja.
4.
Untuk membekali penulis dalam pembuatan
laporan.
5.
Untuk melatih penulis dalam memlihat isu
internasional secara nyata.
1.4 Manfaat KKLP
Manfaat
Pelaksanakan KKLP di P3K2 ASPASAF BPPK KEMLU RI, sebagai berikut:
1.
Agar Penulis bisa memenuhi persyaratan
kurikulum di Universitas Fajar khususnya program Studi Ilmu Hubungan
Internasional.
2.
Agar mengetahui sistematika BPPK KEMLU RI
dalam mengkaji isu internasional yang nantinya akan dikembangkan menjadi
rekomendasi dalam perumusan kebijakan luar negeri untuk mencapai kepentingan
nasional Indonesia.
3.
Agar Penulis bisa menyesuaikan diri pada
lingkungan kerja dengan pengalaman yang diperoleh selama KKLP.
4.
Agar Penulis bisa menyusun Laporan Kuliah
Kerja Lapang Profesi yang sesuai standar penulisan ilmiah.
5.
Agar Penulis bisa peka terhadap isu internasional
secara nyata.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengembangan Kebijakan
Luar Negeri BPPK KEMLU RI
Analisis sistem dalam studi Ilmu
Hubungan Internasional berpandangan bawah fenomena internasional yang beragam
secara sederhana tidak dapat dibagi-bagi, sehingga suatu sistem harus harus
dianggap ada dalam lingkungan dan membentuk interaksi melalui bagian-bagian
yang berhubungan satu sama lain. Menurut David J. Siregar[5] dalam
karya klasiknya “The Level of Analysis
Problem in International Relations” melontarkan pentingnya penggunaan
peringkat analisis sebagai alat analisis sistemik fenomena internasional.
Tingkat kerumitan dari sifat dan
struktur sistem internasional yang dihasilkan oleh interaksi para unit/aktor
yang semakin tinggi memunculkan pula beberapa alat/lensa analisis tambahan
lainnya yang dapat digunakan untuk memotret baik sifat, tipe aktor dan
interaksi yang dihasilkannya. Keberadaan BPPK dirasakan semakin berperan dalam
memberikan masukan dan rekomendasi mengenai kebijakan luar negeri. Tugas yang
diemban oleh BPPK lebih menekankan kepada fungsi policy analysis dan policy development.
Melalui policy analysis, BPPK memfokuskan diri pada upaya menyiapkan
hasil-hasil kajian yang berkualitas sebagai bahan masukan Pimpinan KEMLU dalam
merumuskan kebijakan luar negeri RI. Sedangkan melalui fungsi policy development, BPPK berfungsi
mengkaji dan mengembangkan kebijakan-kebijakan luar negeri dengan selalu
mempertimbangkan perubahan lingkungan intern
dan ekstern organisasi domestik
maupun luar negeri, dan juga aspek-aspek strategis baik regional maupun global
lainnya.
Kegiatan-kegiatan
policy analysis dan policy development merupakan
implementasi tugas dan fungsi BPPK KEMLU RI yang intinya bermuara pada 3 (tiga)
pilar utama kegiatan, yaitu:
1.
Pengkajian
dan pengembangan masalah-masalah luar negeri.
2.
Pemasyarakatan
politik luar negeri.
3. Pelaksanaan tugas-tugas khusus yang
didelegasikan oleh Menteri Luar Negeri.
Dalam menyiapkan hasil-hasil perumusan
yang berkualitas, BPPK berupaya menjalin kerjasama Policy Planning Dialouge dengan negara sahabat dan bekerjasama dengan
lembaga studi/kajian baik dari dalam maupun luar negeri khususnya mengenai
permasalahan hubungan luar negeri yang berkembang. Selain itu, aspek strategis
yang dilakukan oleh BPPK KEMLU RI adalah memberdayakan dan meningkatkan peranan
organisasi dalam berbagai penyusunan rekomendasi dan analisa isu-isu aktual
serta melakukan kerjasama internasional dan melakukan berbagai
pertemuan-pertemuan para kelompok ahli mengenai hubungan dan politik luar
negeri.
BPPK KEMLU RI akan sepenuhnya mendukung
pemenuhan tugas dan tanggungjawab KEMLU melalui pelaksanaan peran strategiknya,
yaitu pengkajian dan pengembangan kebijakan dibidang hubungan dan politik luar
negeri demi menjamin tercapainya tujuan negara dan kepentingan nasional. Sesuai
tugas yang diemban selaku pelaksana pengkajian dan pengembangan kebijakan di
bidang hubungan dan politik luar negeri, maka dalam penyusunan program kerja
guna menghasilkan rumusan policy analysis
dan policy development bagi KEMLU,
BPPK senantiasa berpegang pada sifat diplomasi Indonesia yang bebas aktif dan
proaktif mengabdi pada kepentingan nasional.
2.2. Teori
Diplomasi
Diplomasi
suatu kata yang sering kita dengar dan sangat sering dipakai dengan pengertian
suatu perbuatan yang cerdik, untuk meloloskan kepentingan atau tujuan tertentu.
Atau keahlian meyakinkan seseorang dalam bernegosiasi sehingga setiap
permasalahan dapat terselesaikan sementara kepentingan atau tujuan utama tidak
dikorbankan. Apapun arti yang diberikan dalam masyarakat maka arti yang
sebenarnya tentu bukanlah suatu kecerdikan dan kebohongan.
Menurut Ellis Briggs diplomasi adalah
sebuah kegiatan urusan official
dengan cara mengirim seseorang untuk mewakili pemerintahan guna tercapainya
tujuan. Tujuan diplomasi disini adalah untuk menciptakan persetujuan dalam
kacamata kebijakan.[6]
Sedangkan menurut Geoffrey McDermott diplomasi adalah pertimbangan dalam
manajemen hubungan internasional .[7] Masing-masing Negara, semakin besar
power-nya, maka akan selalu berusaha mengembangkan posisinya dalam kancah
internasional. Jadi diplomasi adalah suatu manajemen atau prosedur suatu negara
yang mengirim diplomatnya ke negara lain untuk melaksanakan negosiasi agar
terciptanya hubungan bilateral antar kedua negara.
Dalam hal pengiriman
diplomat ke negara lain, ada kepentingan nasional yang ingin dicapai guna
terpenuhinya kepentingan nasional. Dalam pelaksanaan diplomasi ini, komunikasi
merupakan hal yang sangat utama dalam pemaparan politik luar negeri agar negara
tujuan dapat memahami maksud dan tujuan diplomasi tersebut.
Secara umum, diplomasi
merupakan aktivitas yang dilakukan oleh pemerintah ketika berhubungan dan
berkomunikasi dengan negara lain. Tujuannya meliputi dua hal, yaitu
mempengaruhi perilaku dari negara bersangkutan dan memfasilitasinya. Karenanya,
soft power menjadi perangkat penting
dalam pelaksanaan diplomasi tersebut. Diplomasi ini juga dimaknai sebagai
proses komunikasi pemerintah terhadap negara lain yang bertujuan untuk
memberikan pemahaman atas negara, sikap, institusi, budaya, kepentingan
nasional, dan kebijakan-kebijakan yang diambil oleh negaranya.
Jay Wang melihat
diplomasi sebagai suatu usaha untuk mempertinggi mutu komunikasi antara negara
dengan negara. Adapun dampak yang ditimbulkan meliputi bidang politik, ekonomi,
sosial, dan dalam pelaksanaannya berusaha untuk mempengaruhi orang atau
organisasi lain di luar negaranya dengan cara positif sehingga mengubah cara
pandang orang tersebut terhadap suatu negara.[8]
Berdasarkan definisi itu, dapat dikatakan bahwa diplomasi berfungsi untuk
mempromosikan kepentingan nasional melalui pemahaman, menginformasikan, dan
mempengaruhi negara di luar negeri. Karenanya, diplomasi merupakan salah satu
instrumen soft power suatu negara.
Idealnya, diplomasi
membuka jalan bagi negosiasi yang dilakukan antarpemerintah, memberi masukan
melalui informasi-informasi penting, dan memberikan cara pandang yang berbeda
terhadap suatu masalah. Untuk itu, diperlukan kerjasama aktor-aktor negara yang
ditujukan untuk meningkatkan nilai tawar pemerintah. Aktor non-negara ini
misalnya dapat berinteraksi dengan rekanan mereka dalam mempengaruhi,
memberikan masukan, dan menerapkan kebijakan luar negeri.
Penerapan diplomasi ini
tidak terlepas dari pengkomunikasian kebijakan luar negeri terhadap negara lain
dengan melibatkan semua stakeholder
dalam prosesnya. Stakeholder di sini
tidak hanya Departemen Luar Negeri, tetapi juga lintas departemen dalam
pemerintah, swasta, NGO, media, dan individu. Dengan porsi keterlibatan yang
beragam dan besar tersebut, maka rancangan strategi komunikasi harus
dikedepankan.
Kebijakan luar
negeri suatu negara lahir ketika negara itu sudah dinyatakan sebagai suatu
negara yang berdaulat. Sejak deklarasi kemerdekaan yang digaungkan pada 1945,
Indonesia sebagai suatu negara yang merdeka dan berdaulat serta anggota aktif
masyarakat internasional telah ikut berkiprah dalam percaturan politik
internasional.[9]
Sejak merdeka hingga
kini, tentu Indonesia mengalami pasang surut dalam pelaksanaan politik luar
negerinya. Pasang surut yang terjadi tentu juga dipengaruhi oleh keadaan
politik internasional saat itu. Indonesia sebagai sebuah negara berdaulat juga
menjalankan politik luar negeri yang senantiasa berkembang disesuaikan dengan
kebutuhan dalam negeri dan perubahan situasi internasional.[10]
Diplomasi muncul dengan
mengutamakan pendekatan-pendekatan soft
power dalam implementasinya. Diplomasipun semakin mengemuka karena memiliki
beberapa kelebihan, salah satunya berbiaya rendah. Selain itu, sebagai
alternatif instrumen politik luar negeri yang dapat dilakukan dan dikembangkan
oleh negara-negara yang memiliki kapasitas power
terbatas seperti halnya Indonesia. Agar dapat berfungsi optimal dalam
artian dapat mencapai tujuan-tujuan poltik luar negeri, pelaksanaan diplomasi
harus memperhatikan strategi komunikasi. Tahapan dimulai dari menginformasikan,
melibatkan, dan mempengaruhi pada level domestik dan internasional.
Hubungan antara diplomasi
dan kebijakan luar negeri erat kaitannya. Kebijakan luar negeri mengalami dua
tahapan dalam prosesnya, yaitu pada tataran pembuatan dan implementasi
kebijakan. Diplomasi merupakan salah satu instrumen dimana keputusan atau
kebijakan diimplementasikan. Dalam pengertiannya yang luas, diplomasi tidak
hanya menyangkut pada tataran implementasi, tapi juga proses pembuatan
kebijakan. Hal ini terkait dengan fungsi dari diplomasi itu sendiri yang
menyangkut pengumpulan informasi, pemberian saran terhadap kebijakan,
perwakilan, negosiasi, dan jasa-jasa konsuler.[11]
BAB III
GAMBARAN UMUM TEMPAT KKLP
3.1. Sejarah Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan
(BPPK) Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia
Pada tanggal 17 Agustus 1945 merupakan
hari yang bersejarah bagi bangsa Indonesia karna pada saat itu diproklamirkan
kemerdekaan bangsa Indonesia yang berarti terbebas dari belenggu penjajahan
dari bangsa lain. Diplomasi dan Negosiasi merupakan salah satu alat perjuangan
dalam mengatasi persoalan-persoalan yang dihadapi oleh Indonesia sebagai negara
baru.
Mengingat begitu pentingnya peranan
negosiasi dalam interaksi internasional yang kita kenal dengan istilah
diplomasi[12]
terutama untuk memperoleh pengakuan kedaulatan dari negara-negara lain. Dua
hari setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia (RI) dikumandangkan,
pemerintah RI mengangkat Ahmad Subardjo sebagai Menteri Luar Negeri RI yang
pertama. Para personilnya-pun waktu itu bersifat sukarela dan belum pernah
memiliki pengalaman di bidang diplomasi.
Seiring dengan perkembangannya, pada
awal tahun 1953 untuk pertama kalinya Departemen Luar Negeri (Deplu) memiliki
susunan organisasi namun belum terdapat keseragaman dan disusun secara
sendiri-sendiri. Susunan organisasi tersebut dirasakan kurang efektif, sehingga
perlu dilakukan perubahan-perubahan dengan memperhatikan perkembangan keadaan
yang terjadi pada saat itu.
Susunan organisasi Deplu pada saat itu
terdiri dari 5 (Lima) Direktur dan Urusan Tata Usaha[13], yaitu:
1. Direktorat I (Asia Pasifik)
2. Direktorat II (Afrika Eropa)
3. Direktorat III (Amerika PBB)
4. Direktorat IV (Ekonomi-Hukum)
5. Direktorat V (Research-Penerangan)
6. Urusan Tata Usaha.
Sehingga, Masing-masing Direktorat dan Urusan Tata Usaha dipimpin oleh
Kepala dan Wakil Kepala. Pembentukan Direktorat V inilah yang merupakan asal
usul lahirnya Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan (BPPK). BPPK dipimpin
oleh seorang Kepala Badan setingkat Direktur Jenderal.
Kemudian Pada tahun 1975, Direktorat V (Research-Penerangan) berubah menjadi
Badan Penelitian dan Pengembangan (Badan LITBANG), Deplu semakin berperan dalam
mengantisipasi segala tantangan dan perkembangan hubungan internasional. Hal
ini terkait dengan tugas-tugas besar yang dipercayakan oleh badan LITBANG
sebagai unit eselon I, khususnya di bidang penelitian dan pengembangan
masalah-masalah luar negeri.
Badan LITBANG
sebagai bagian dari Deplu tidak berfungsi sebagai pelaksanaan politik luar
negeri dan hubungan internasional sehari-hari, karena hal ini merupakan
kewenangan dari unit-unit operasional, dalam hal ini Direktorat-direktorat
Jenderal lainnya. Untuk mendukung usaha pengarahan tersebut, badan LITBANG
melakukan pengumpulan hasil-hasil analisa dan evaluasi data. Disamping membantu
mempelajari dan merumuskan arah kebijakan politik luar negeri RI dalam jangka
menengah maupun jangka panjang di masa mendatang.
Dilain sisi, Badan LITBANG melakukan tugas membina dan
melaksanakan semua kegiatan penelitian dan pengembangan dilingkungan Deplu
serta merumuskan kebijakan dalam rangka memproyeksi tindakan dan sikap RI dalam
menghadapi berbagai masalah luar negeri dan hubungan antar bangsa berdasarkan
kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Menteri Luar Negeri. Fungsi-fungsi yang
dilakukan pada saat itu adalah melaksanakan kegiatan-kegiatan penelitian dan
pengembangan masalah-masalah politik, hubungan luar negeri, hubungan ekonomi,
dan hubunga sosial budaya.
Dengan membandingkan perkembangan dunia internasional
dengan struktur organisasi Deplu pada tahun 1953 yang tidak sebanding dengan
keadaan tersebut, maka Melalui peraturan presidenan No 47/2009 yang dikeluarkan
pada 3 November 2009 mengenai pembentukan dan organisasi kementerian negara,
pemerintah Indonesia mengubah istilah departemen, kantor menteri negara dan
kantor menteri koordinasi menjadi kementerian negara. Pada akhrinya hal itu
merubah nama dari Departemen Luar Negeri (Deplu) menjadi Kementerian Luar
Negeri (Kemlu) Republik Indonesia sejak 1 Januari 2010.
3.1.1 Visi & Misi
Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Kemeneterian Luar Negeri RI (BPPK KEMLU RI)
Visi
“BPPK KEMLU RI sebagai satu-satunya unit
pengkajian dan pengembangan kebijakan luar negeri yang kredibel dalam mendukung
diplomasi total” Pernyataan visi diatas menegaskan
komitmen yang jelas dan terarah tentang masa depan organisasi BPPK KEMLU RI sebagai unit kerja di lingkungan
Kemlu yang memiliki fungsi pengkajian dan pengembangan kebjikan luar negeri.
Adapun Visi dalam pencapaian kepentingan luar negerinya sebagai berikut:[14]
1.
BPPK KEMLU RI
sebagai satu-satunya unit pengkajian dan pengembangan kebijakan luar negeri. Artinya,
dalam lingkup Deplu memiliki tugas dan kewenangan melakukan pengkajian dan pengembangan
kebijakan luar negeri.
2.
Kredibel mempunyai arti bahwa
hasil-hasil kajian di bidang kebijakan luar negeri mencakup berbagai isu
mutakhir di tingkat nasional, regional dan global sehingga akurat, terpercaya
dan relevan dengan dinamika hubungan Internasional.
3.
Mendukung Diplomasi Total.
Artinya baik dalam pelaksanaan maupun dalam merumuskan hasil pengkajian
seoptimal mungkin melibatkan seluruh stakeholder
dan mencakup berbagai isu secara komprehensif dan integratif.
Misi
Dalam upaya mencapai visi tersebut,
Kementrian Luar Negeri telah menetapkan 9 (Sembilan) misi yang akan
dilaksanakan oleh seluruh Satuan Kerja selama kurun waktu 2010-2014 sebagai
berikut:
1.
Mengoptimalkan peran strategis
BPPK KEMLU RI sebagai unit pengkajian dan pengembangan kebijakan yang
berkualitas.
2.
Meningkatkan cakupan dan
substansi kajian sehingga menghasilkan kebijakan luar negeri yang relevan
dengan dinamika perkembangan internasional dan domestik.
3.
Mengintensifkan koordinasi dan
kerjasama dengan unit – unit operasional di kementerian luar negeri, instamsi
pemerintah pusat dan daerah serta lembaga pengkajian, lembaga pendidikan dan
organisasi non pemerintah di dalam dan di luar negeri.
4.
Meningkatkan kualitas
pengkajian dan pengembangan kebijakan melalui policy planning dialogue dengan lembaga sejenis di kementerian luar
negeri dan negara – negara sahabat.
5.
Mengoptimalkan pengelolaan dan
pemanfaatan kepustakaan dan dokumentasi untuk kepentingan pengkajian.
6.
Mengoptimalkan kapasitas
pengelolaan sumber daya manusia, sarana dan prasarana, administrasi umum dan
keuangan.
3.1.2
Tugas dan Fungsi BPPK KEMLU RI
Tugas
BPPK mempunyai tugas melaksanakan
pengkajian dan pengembangan di bidang pengkajian luar negeri.
Fungsi
Dalam melaksanakan tugasnya, BPPK melaksanakan
fungsi sebagai berikut:
1.
Penyusunan kebijakan teknis,
rencana dan program pengkajian dan pengembangan di bidang kebijakan publik dan
hubungan luar negeri.
2.
Pelaksanaan pengkajian dan
pengembangan di bidang kebijakan publik dan hubungan luar negeri.
3.
Pemantuan, evaluasi dan
pelaporan pelaksanaan pengkajian dan pengembangan di bidang kebijakan luar
negeri.
4.
Pelaksanaan administrasi Badan
Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Kementerian Luar Negeri RI (BPPK KEMLU RI).[15]
3.2
Struktur Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Kementerian
Luar Negeri RI (BPPK KEMLU RI)
Pada peraturan Menteri Luar Negeri
Republik Indonesia nomor 07 tahun 2011 mengklasifikasikan Badan Pengkajian dan
Pengembangan Kebijakan (BPPK) terdiri dari:
3.2.1
Sekretariat
Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan (Set.BPPK)
Bagan 1.
Struktur Sekretariat
Badan Pengkajian dan Pengembangan
Kebijakan
BPPK Kemlu RI
Sumber:
Peraturan Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Nomor 07 Tahun 2011 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Luar Negeri.
3.2.1
Pusat Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Kawasan Asia Pasifik
dan Afrika (P3K2 ASPASAF)
Bagan 2.
Struktur Pusat Pengkajian
dan Pengembangan Kebijakan
Asia Pasifik dan Afrika (P3K2-ASPASAF
) BPPK Kemlu RI
Sumber: Peraturan Menteri Luar Negeri
Republik Indonesia Nomor 07 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Luar Negeri.
3.2.2
Pusat
Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Kawasan Amerika dan Eropa (P3K2 AMEROP)
Bagan 3.
Struktur Pusat
Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan
Kawasan
Amerika Eropa (P3K2-AMEROP) BPPK Kemlu RI
Sumber: Peraturan Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Nomor
07
Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Luar Negeri.
Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Luar Negeri.
3.2.3
Pusat Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan pada Organisasi
Internasional (P3K OI)
Bagan 4.
Struktur
Pusat Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan
Pada Organisasi Internasional
(P3K-OI) BPPK Kemlu RI
Sumber: Peraturan Menteri
Luar Negeri Republik Indonesia Nomor 07 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Luar Negeri.
3.3
Gambaran Umum Wilayah Kerja
Wilayah
kerja adalah daerah yang menjadi penempatan dalam melaksanakan aktifitas kerja
di suatu perusahaan ataupun organisasi, begitulah pengertian wilayah kerja
menurut penulis. Penulis melaksanakan KKLP di BPPK KEMLU RI periode September
2015. Dalam pelaksanaan KKLP ini, Penulis ditempatkan di P3K2 ASPASAF.
Di P3K2 ASPASAF di Pimpin oleh Kepala
Pusat dan dibantu oleh sekretaris dalam mengurus pekerjaan di bidang Asia
Pasifik dan Afrika. Di Aspasaf juga memiliki Pejaban Fungsional dan beberapa
sub-sub bagian seperti Asia Pasifik, Timur Tengah dan Afrika. Dalam pembagian
wilayah kerja ini, penulis di tempatkan di Bidang sub Afrika.
Bidang Afrika mempunyai tugas
melaksanakan pengkajian dan pengembangan kebijakan politik dan hubungan luar
negeri terhadap kawasan Afrika. Di bidang Afrika terdapat dua sub-bidang,
yaitu; Subbidang Wilayah Afrika Selatan dan Tengah dan Subbidang Wilayah Afrika
Barat dan Timur.
3.3.1
P3K2 ASPASAF
Pusat Pengkajian dan Pengembangan
Kebijakan Kawasan Asia Pasifik dan Afrika (P3K2 ASPASAF), yang dipimpin oleh
seorang Kepala Pusat yang terdiri
atas:
Bidang Asia Pasifik
Dalam melaksanakan tugasnya, Bidang Asia
Pasifik menyelenggarakan fungsi:
1. Pelaksanaan
penyiapan perumusan kebijakan teknis pengkajian dan pengembangan kebijakan
politik dan hubungan luar negeri terhadap kawasan Asia Pasifik.
2. Koordinasi
dan pelaksanaan kebijakan teknis pengkajian dan pengembangan kebijakan politik
dan hubungan luar negeri terhadap kawasan Asia Pasifik.
3. Penyusunan
standar, norma, dan prosedur pengkajian dan pengembangan kebijakan politik dan
hubungan luar negeri terhadap kawasan Asia Pasifik.
4. Pelaksanaan
kerja sama dengan lembaga pengkajian kebijakan dan lembaga pendidikan di dalam
dan luar negeri mengenai kawasan Asia Pasifik.
5. Pemberian
bimbingan teknis, informasi, evaluasi, dan pelaporan pengkajian dan
pengembangan kebijakan politik dan hubungan luar negeri terhadap kawasan Asia
Pasifik.
Bidang Asia Pasifik terdiri atas:
1.
Subbidang
Wilayah Asia Timur dan Pasifik
2.
Subbidang
Wilayah Asia Selatan dan Tengah
3.
Subbidang
Kerja Sama ASEAN dan Intrakawasan
Bidang
Timur Tengah
Dalam melaksanakan tugasnya, Bidang
Timur Tengah menyelenggarakan fungsi:
1.
Pelaksanaan
penyiapan perumusan kebijakan teknis pengkajian dan pengembangan kebijakan
politik dan hubungan luar negeri terhadap kawasan Timur Tengah.
2.
Koordinasi
dan pelaksanaan kebijakan teknis pengkajian dan pengembangan kebijakan politik
dan hubungan luar negeri terhadap kawasan Timur Tengah.
3.
Penyusunan
standar, norma, dan prosedur pengkajian dan pengembangan kebijakan politik dan
hubungan luar negeri terhadap kawasan Timur Tengah.
4.
Pelaksanaan
kerjasama dengan lembaga pengkajian kebijakan dan lembaga pendidikan di dalam
dan luar negeri mengenai kawasan Timur Tengah.
5.
Pemberian
bimbingan teknis, informasi, evaluasi, dan pelaporan pengkajian dan
pengembangan kebijakan politik dan hubungan luar negeri terhadap kawasan Timur
Tengah.
Bidang Timur Tengah terdiri atas:
1.
Subbidang
Wilayah Asia Barat dan Arab Maghribi
2.
Subbidang
Wilayah Arab kawasan Teluk
Bidang
Afrika
Dalam melaksanakan tugasnya, Bidang
Afrika menyelenggarakan fungsi:
1.
Pelaksanaan
penyiapan perumusan kebijakan teknis pengkajian dan pengembangan kebijakan
politik dan hubungan luar negeri terhadap kawasan Afrika.
2. Koordinasi dan pelaksanaan
kebijakan teknis pengkajian dan pengembangan kebijakan politik dan hubungan
luar negeri terhadap kawasan Afrika.
3.
Penyusunan
standar, norma, dan prosedur pengkajian dan pengembangan kebijakan politik dan
hubungan luar negeri terhadap kawasan Afrika.
4.
Pelaksanaan
kerjasama dengan lembaga pengkajian kebijakan dan lembaga pendidikan di dalam
dan luar negeri mengenai kawasan Afrika.
5.
Pemberian
bimbingan teknis, informasi, evaluasi, dan pelaporan pengkajian dan
pengembangan kebijakan politik dan hubungan luar negeri terhadap kawasan
Afrika.
Bidang
Afrika terdiri atas:
1.
Subbidang
Wilayah Afrika Selatan dan Tengah dan Subbidang Wilayah Afrika Selatan dan
Tengah.
2.
Subbidang
Wilayah Afrika Barat dan Timur. Subbidang Wilayah Afrika Barat dan Timur.
Kelompok Jabatan Fungsional
Kelompok Jabatan Fungsional
sebagaimana yang tercantum dalam peraturan Menlu yang baru tahun 2005, berada
dimasing-masing pusat di lingkungan BPPK. Kelompok jabatan fungsional ini
mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan fungsionalnya
masing-masing berdasarkan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku serta
sesuai dengan pelaksanaan tugas Pusat-pusat BPPK.
Kelompok Jabatan
Fungsional ini terdiri dari Jabatan Fungsional Peneliti dan Jabatan Fungsional
lainnya. Namun Kelompok Jabatan Fungsional ini belumlah terlaksana dan masih
dalam proses pembahasan lebih lanjut.
Struktur Pejabat Pusat Pengkajian dan
Pengembangan Kebijakan Asia Pasifik dan
Afrika (P3K2-ASPASAF) BPPK Kemlu RI
Bagan
5.
Daftar Struktur Pejabat Pusat
Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan
Asia Pasifik
dan Afrika (P3K2-ASPASAF) BPPK Kemlu RI
Sumber: Daftar Pejabat Kementerian Luar
Negeri Edisi XXXIII Periode Februari 2015
BAB IV
HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Kegiatan
Khusus BPPK KEMLU RI
Kegiatan khusus merupakan
kegiatan yang diikuti peserta magang selama melaksanakan KKLP diluar tugas
utamanya di kantor. Kegiatan ini mencakup kegiatan internal dan eksternal dalam
pentuk hubungan antar divisi pemerintahan maupun divisi antar negara. Divisi
pemerintaham disini mencakup semua lembaga pemerintahan yang berada di
Indonesia, sedangkan divisi antar negara merupak divisi yang saling bekerjasama
antar negara untuk tujuan kepentingan bersama. Selama pelaksanaan KKLP di BPPK
KEMLU RI periode September 2015, penulis mengikuti beberapa kegiatan tersebut.
Adapun kegiatan khusus tersebut sebagai berikut:
4.1.1
Rapat
Konsinyering
Policy
Planning Dialogue merupakan
suatu forum konsultasi lembaga think-tank
kedua Kementerian Luar Negeri untuk saling memberikan update tentang perkembangan dan proyeksi politik dan kebijakan luar
negeri masing-masing negara.[16] Untuk menjaling hubungan
antar ke dua negara P3K2 ASPASAF merencanakan perjalanan dinas untuk kegiatan Policy Planning Dialouge (PPD) ke-3
RI-Afrika Selatan.
Persiapan awal yang harus dilakukan dalam
kunjungan 21-22 September 2015 ke Pretoria adalah penyempurnaan Talking Point yang akan di ajukan
Indonesia ke Afrika selatan dalam hal Policy
Planning Dialouge. P3K2 ASPASAF melaksanakan Rapat Konsinyering Penyiapan
Butir Wicara “Policy Planning Dialouge (PPD) ke-3 RI-Afrika Selatan untuk membicara draf Talking Point yang telah di buat.
Rapat yang dilaksanakan 14 September 2015
tersebut di hadiri beberapa delegasi dari sub bidang lain di Kemlu seperti
Ditjen Kerjasam ASEAN, Ditjen Asia Pasifik, dan Ditjen Multilateral. Selama
proses rapat ada beberapa masukan penambahan point dari Ditjen Multilateral
mengenai kerjasama bilateral antara RI – Afrika harus di pererat, apalagi Afrika merupa
suatu negara yang bisa menutupi kekurang energi dan industri di Indonesia.
Selain itu, ada juga pengurangan poin dari talking
point tersebut.
Selain kerjasama ekonomi yang akan di bawa ke
meja perundingan, isu pertahanan keamanan maritin serta kerjasama di bidang
pendidikan dan kebudayaan akan di bahas dalan Policy Planning Dialouge (PPD) ke-3 RI-Afrika Selatan. Melihat
hubungan Indonesia dan Afrika Selatan tidak hanya memiliki sejarah yang sama
dalam perjuangan politik namun juga mempunyai sumber batu bara yang melimpah.
Selain itu, Salah satu pahlawan Indonesia yaitu Syeikh Yusuf merupakan sosok
yang dihormati di Afrika Selatan begitu juga dengan kecintaan Mantan Presiden
Afrika Selatan Nelson Mandela terhadap kebudayaan Indonesia.
Dalam Talking
Point Policy Planning Dialouge
(PPD) ke-3 RI-Afrika Selatan ada 3 agenda utama yang akan dibahas, adapun agenda
tersebut sebagai berikut:
I.
Pertukaran Pandangan mengenai Pembaharuan
Arah Kebijakan Luar Negeri dan Prioritasnya.
-
Kebijakan Luar Negeri Indonesia.
II.
Pertukaran Pandangan mengenai Kerjasama
Bilateral dan Regional.
-
Assosiation
of Southeast Asian Nations (ASEAN): Masyarakat 2015.
-
Indian
Ocean Rim association (IORA): Indonesia ketua IORA.
III.
Pertukaran Pandangan mengenai Isu-isu
Internasional dan Multilateral
-
Perspektif terhadap tindak lanjut
Konferensi Asia Afrika dan Pelaksanaan Rencana New Asian African Strategic Partnership NAASP.
-
Perspektif terhadap munculnya Isu-isu
Internasional di Dunia Kontemporer.
1.
Perang Global melawan Terorisme dan Kekerasan.
2.
Agenda Pembangunan Pasca 2015.
Berdasarkan rapat konsenyering yang
dilaksanakan P3K2 ASPASAF tersebut, penulis bisa memberikan gambaran bahwa aktivitas
diplomasi yang menunjukkan peningkatan peran yang sangat signifikan seiring
dengan semakin kompleksnya isu-isu dalam hubungan internasional. Hubungan Internasional
pun tidak lagi semata-mata dipandang sebagai hubungan antar negara namun juga
meliputi hubungan antar masyarakat internasional. Dengan demikian, diplomasi
tradisional atau yang dikenal dengan istilah first track diplomacy yang hanya melibatkan peran pemerintah dalam
menjalankan misi diplomasi, tentu saja tidak akan efektif dalam rangka
menyampaikan pesan-pesan diplomasi terhadap suatu negara. Untuk mengatasi hal
tersebut, sangat dibutuhkan bentuk diplomasi baru yakni second track diplomacy.
Second-Track
Diplomacy melibatkan berbagai
aktor dengan bidangnya masing-masing seperti yang dilakukan oleh kaum bisnis
atau profesional, warga negara biasa, kaum akademisi (peneliti, pendidik, dll),
organisasi non pemerintah, lembaga-lembaga keagamaan dan keuangan, dan media massa.
Second
track diplomacy yang secara umum didefinisikan sebagai upaya-upaya
diplomasi yang dilakukan oleh elemen-elemen non-pemerintah secara tidak resmi.
Perlu dicatat bahwa second track
diplomacy bukan bertindak sebagai pengganti first track diplomacy. Dengan kata lain, upaya-upaya yang dilakukan
dalam second track diplomacy harus
melancarkan jalan bagi negosiasi dan persetujuan dalam rangka first track diplomacy dengan cara
mendorong para diplomat untuk memanfaatkan informasi penting yang diperoleh
pelaku-pelaku second track diplomacy.
Dengan kata lain, diplomasi total dengan melibatkan multi-track diplomacy sangat dibutuhkan dalam rangka mencapai
kesuksesan dalam menjalankan misi politik luar negeri.
Selain melihat dalam kacamata second track diplomacy penulis juga
Melihat bahwa ada tiga agenda utama yang akan dibicarakan pada Policy Planning Dialouge (PPD) ke-3
RI-Afrika Selatan, penulis juga melihat bahwa pelaksanaan kebijakan luar negeri
Indonesia dilakukan satu arah. Dalam hal ini, Indonesia akan menawarkan
beberapa poin yang akan menguntungkan posisi Indonesia dalam hal ini, baik
dibidang politik, keamanan, ekonomi, sosial dan budaya.
4.1.2
Pelaksanaan
Rapat Tahun BPPK KEMLU RI Cq P3K2 ASPASAF
NEAT didirikan pada tahun 2003[17] sebagai forum kalangan
cendekiawan di Asia Timur untuk bertukar pikiran serta merumuskan rekomendasi
guna mendorong integrasi kawasan. Keanggotaan NEAT mencakup ASEAN plus Three (APT), yakni 10 negara
anggota ASEAN ditambah Republik Rakyat Tiongkok, Jepang, dan Korea Selatan dan
pada tahun 2015 Indonesia sebagai ketua NEAT.
Sebagai
ketua NEAT pada tahun 2015, Indonesia juga ingin mengumumkan bahwa kerjasama
maritim akan menjadi tema untuk CCM NEAT pada 2015. Indonesia mengusulkan
kerjasama maritim menjadi salah satu topik pada konferensi tahunan ke-13 serta
menjadi topik dari salah satu kelompok Kerja NEAT. Beberapa latar belakang
masalah yang diusulkan adalah sebagai berikut:
1.
Sebagai salah satu mekanisme penting yang
dipimpin ASEAN, Geografis APT, Geopolitik dan Geo-ekonomi yang strategis untuk
mengembangkan dan meningkatkan kerjasama maritim di berbagai aspek.
2.
Kerjasama maritim adalah masalah lintas
sektor dan mencakup berbagai aspek kerjasama. Namun demikian, kerjasama maritim
dalam rencana kerja Kerjasama APT dari 2013-2017 dan dalam berbagai proses APT
masih lebih fokus pada aspek keamanan.
3.
NEAT bisa melakukan pendekatan untuk
memperkuat proses APT melalui rekomendasi kebijakan yang komprehensif untuk
mengatasi tantangan maritim antara lain dengan:
a.
Melindungi dan melestarikan sumber daya
kelautan dan lingkungan.
b.
Mencegah insiden di laut.
c.
Mengatasi masalah keamanan tradisional dan
non-tradisional, antara lain perdagangan narkoba, illegal fishing, perdagangan manusia dan penyelundupan manusia,
serta memerangi pembajakan laut.
d.
Mengembangkan konektivitas maritim untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi, kesenjangan pembangunan yang sempit, dan
berkontribusi intergrations regional
dan proses pembangunan masyarakat.
e.
Mempromosikan kerjasama pariwisata bahari/ekowisata
bahari.
f.
Meningkatkan kerjasama antara lembaga
penelitian untuk menguji berbagai aspek masalah maritim.
APT dapat bersinergi bekerja dengan
platform kerjasama maritim, seperti pertemuan menteri ASEAN pada forum
kejahatan transnasional dengan APT, pertemuan pejabat senior pada forum
kejahatan transnasional dengan APT, KTT Asia Timur (EAS) dengan dua kelompok
studi tentang manajemen perikanan, ASEAN forum regional (ARF), Asean forum
maritim (EAMF), dan pertemuan Menteri pertahanan ASEAN plus (ADMM-Plus).
4.
Point yang paling penting adalah 1 daan 5,
NEAT akan memberikan rekomendasi kebijakan yang komprehensif dan layak dalam
meningkatkan kerjasama maritim di berbagai aspek untuk lebih memperkuat
mekanisme APT.
Dalam
hal ini, Indonesia ingin mengedarkan rancangan draf konsep pada enchancing kerjasama maritim dalam
konteks APT untuk pertimbangan dan persetujuan dari koordinator negara NEAT
lebih lanjut. Indonesia juga mengusulkan pada pertemuan ke 22 CCM
NEAT bisa membahas masalah studi Asia timur di bawah agenda dengan materi
lainnya:
a.
Pada agenda ini, kami berharap dapat
berbagi pandangan tentang berbagai upaya untuk mendorong dan memfasilitasi
universitas terkemuka di kawasan ini untuk membangun sebuah jaringan Universitas
di Asia timur berdasarkan pada platform jaringan universitas Asean.
b. Kami
juga bisa bertukar pengalaman informationand pada cara-cara yang efektif untuk
meningkatkan dukungan dari studi Asia timur di Universitas besar. Hal ini
sejalan dengan prioritas kelompok visi Asia Timur (EAVG) dalam mekanisme APT.
Kelompok Visi Asia Timur
II (EAVG II) didirikan pada Oktober 2011 dengan tujuan meninjau tiga proses
kerjasama APT sejak tahun 1997. Dalam melakukan review ASEAN plus, EAVG II mengambil saham dari kegiatan kerjasama
APT dan dievaluasi dengan kegiatan yang telah memberikan kontribusi untuk
mengembangkan proses APT sebagai kendaraan utama mendukung peran sentral ASEAN
dalam arsitektur kawasan yang berkembang. Berdasarkan saham tersebut, EAVG II
mempelajari arah kerjasama APT kedepannya dan menyiapkan visi baru untuk
kerjasama regional dan pembangunan masyarakat Asia Timur, berdasarkan
prinsip-prinsip ASEAN pusat.
Laporan dari EAVG II
telah disampaikan kepada para pemimpin APT di KTT APT ke-15 pada 19 November
2012. Pada tahun 2013 pertemuan 14 menteri luar negeri APT 'mengadopsi konsep
draf tentang tindak lanjut laporan EAVG II yang diuraikan dengan penilaian yang
komprehensif dari Laporan yang akan diambil dari November 2013 sampai Oktober
2015. Laporan akhir dari penilaian termasuk koleksi rencana aksi dari 25
rekomendasi yang dipilih dan akan diserahkan ke puncak forum APT ke-18 tahun
2015.
Visi dari EAVG II adalah
terciptanya sebuah komunitas ekonomi Asia Timur pada tahun 2020 dengan empat
elemen utama, yaitu:
1. Single-Market dan
basis produksi.
2.
Stabilitas keuangan, makanan, dan keamanan
energi.
3.
Pemerataan dan pembangunan berkelanjutan.
4. Kontribusi
konstruktif terhadap ekonomi global tetapi juga menggarisbawahi kebutuhan untuk
meningkatkan kerjasama di bidang politik-keamanan, dan bidang sosial-budaya.
Berdasarkan
pengamatan penulis dalam acara yang di selenggarakan oleh Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan
(BPPK) melalui Pusat Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Kawasan Asia Pasifik
dan Afrika (Pusat P2K2 ASPASAF) Kementerian Luar Negeri bekerjasama dengan PTRI ASEAN, Pusat Studi
ASEAN (PSA) Universitas Indonesia dan PSA Universitas Padjajaran. Penulis bisa
memahami bahwa Atas prakarsa Indonesia, untuk pertama kalinya NEAT mengadopsi
sebuah tema utama dalam penyelenggaraan kegiatan tahunannya di Hotel Grand
Royal Panghegar Bandung, tanggal 7-8 September 2015. Annual Conference ke-13 dari NEAT sendiri mengangkat tema “Enhancing
Maritime Cooperation in the Context of ASEAN + 3: Challenges and Opportunities”[18]. Topik ini tidak hanya penting bagi kawasan
namun juga sejalan dengan visi Indonesia untuk menjadi poros maritim dunia.
Terkait dengan cita-cita Indonesia untuk
menjadi sebuah negara dengan Poros Maritim Dunia dengan Mengingat Indonesia
sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, dimana laut memainkan peranan yang
cukup penting dan merupakan masa depan bagi ekonominya. Laut telah menyediakan
potensi besar, bagi siapapun yang bisa memanfaatkan untuk tujuan positif. Pemanfaatan
laut tersebut mengandung banyak tersimpan kekayaan, seperti cadangan minyak,
maupun gas dan lain-lain. Bukan untuk dijadikan ajang perebutan SDA ataupun
pertikaian wilayah, tetapi untuk membangun pertahanan maritim juga
berkepentingan masa depan Indonesia.
Sejalan dengan Visi tersebut dengan melihat perairan Asia yang strategis
menciptakan peluang dan tantangan bagi negara-negara di kawasan. Sektor bahari
memiliki potensi yang teramat besar bagi pembangunan bersama negara-negara di
kawasan yang meliputi kekayaan sumber daya alam dan perannya sebagai jalur
utama perdagangan dunia. Sehingga untuk merealisasikan visi tersebut Indonesia
sendiri telah membangun kerjasama regional dengan IORA (Indian Ocean Rim Association) ataupun asosiasi negara-negara di
kawasan Hindia. Samudera Hindia adalah halaman depan Indonesia yang merupakan
samudera ketiga terbesar di planet ini, setelah Samudera Pasifik dan Samudera
Atlantik. Dimana, keselamatan dan keamanan maritim merupakan wilayah kunci
utama IORA.
Siapa yang menguasai lautan dia akan
menguasai dunia, jika Indonesia sebagai ketua NEAT berhasil menjalankan seperti
peryataan tersebut Indonesia bisa menciptakan terobosan baru dengan pencapaian
kepentingan nasionalnya di forum NEAT tersebut. Dengan pencapain di forum NEAT
tersebut ASEAN+3 terkhususnya Indonesia bisa mengatasi sengketa batas wilayah,
Illegal, Unreported and Unregulated
(IUU) Fishing, isu kerusakan
lingkungan laut, penyelundupan obat-obatan terlarang, penyelundupan manusia
& pembajakan kapal-kapal menjadi hal yang harus ditangani bersama.
4.1.3
Seminar
Interim Report Kerja Sama Penelitian
P3K-OI dan ASEAN Study Center
Universitas Indonesia (ASC UI)
Sejak
1993 Pemerintah Indonesia telah memberikan beasiswa kepada pelajar
negara-negara sahabat dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas hubungan
atarnegara dalam pergaulan internasional. Dengan demikian, ditinjau dari aspek
politis beasiswa tersebut merupakan soft
diplomacy yang sangat strategis bagi Indonesia.
Menurut Joseph Nye, Soft Power adalah kemampuan mempengaruhi
orang lain untuk mencapai tujuan yang diinginkan melalui hal-hal yang menarik
daripada kekerasan.[19]
Soft Power suatu negara bergantung
pada Sosial budaya, nilai-nilai dan kebijakan publik. Di Indonesia agar
diplomasi dapat berfungsi optimal dalam artian dapat mencapai tujuan-tujuan
poltik luar negeri, pelaksanaan diplomasi harus memperhatikan strategi
komunikasi
Diplomasi saat ini bukan hanya menjadi tanggungjawab para diplomat
secara pribadi, namun menjadi tanggungjawab semua elemen dan unsur-unsur
kemasyarakatan. Beberapa sarana potensial untuk melancarkan diplomasi adalah
melalui seni dan budaya serta pendidikan. Perkembangan yang cukup signifikan
terhadap jumlah penerimaan beasiswa dan negara asal penerima beasiswa. Sebagai
contoh, terdapat beberapa orang penerima beasiswa dari negara Republik Ceko,
Myanmar, Korea Selatan (Korsel), Malagasi, Papua New Guinea, Sudan, Thailand,
dan Vanuatu. Penerima Beasiswa tersebut mengikuti program S1 maupun S2 di beberapa
perguruan tinggi yang telah memberikan komitmen untuk menjadi lembaga penerima
mahasiswa dimaksud.
Beasiswa
telah diberikan kepada 93 orang mahasiswa yang melanjutkan studi di 13
perguruan tinggi yang terdiri dari 10 PTN, dan 3 Perguruan Tinggi Swasta (PTS).
PTN yang dimaksud, yaitu Universitas Gadjah Mada (UGM), Institut Teknologi
Bandung (ITB), Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Negeri Yogyakarta,
Universita Padjadjaran (UNPAD), Universitas Sebelas Maret (UNS), Institut
Teknologi Sepuluh November (ITS), Universitas Airlangga (UNAIR), Universitas
Pendidikan Indonesia (UPI), dan Universitas Negeri Malang (UM). Sedangkan PTS
yang dimaksud terdiri dari, Universitas Trisakti, Universitas Atma Jaya
Yogyakarta, dan Universitas Parahyangan Bandung.
Dalam
beberapa tahun terakhir soft diplomacy
seperti ini telah berhasil memberikan beasiswa kepada sejumlah mahasiswa asing
yang berasal dari berbagai negara di dunia. Pemberian beasiswa bagi mahasiswa
asing tersebut merupakan diplomasi melalui budaya Indonesia. Diplomasi ini
tidak hanya akan meningkatkan citra Indonsia di mata bangsa-bangsa lain, tetapi
juga pemberian pemahaman kepada bangsa lain mengenai budaya Indonesia.
Dengan pemberian beasiswa tersebut tidak luput dari pemberitaan negatif
dari beberapa penerima beasiswa dari negara sahabat seperti Myanmar yang selama
proses perkuliahannya belum selesai tetapi sudah meninggalkan Indonesia dan
menetap dinegaranya. Hal serupa terjadi dengan penerima beasiswa dari Republik
Ceko yang menerbitkan buku tentang Indonesia yang menceritakan hal-hal negatif
mengenai Indonesia dengan mengatakan “kami bisa terbebas dari kepolisiaan saat kami
ditilang dijalanan setelah kami memberikan beberapa dolar kepada polisi
tersebut”.
Melihat
hal tersebut, pemerintah Indonesia harus meninjau ulang mengenai pemberian
beasiswa kepada pelajar asing yang ingin menuntut ilmu di Indonesia. Alasan ini
sangat tepat, karena beberapa pelajar asing setelah mereka lulus dari salah
satu Universitas di Indonesia seharusnya menjadi agen promosi Indonesia di
negaranya tetapi ada sebagian dari
mereka kembali ke negeranya dan memberikan informasi mengenai kehidupan di
Indonesia yang tidak teratur, infrastruktur yang tidak terfasilitasi dan
lingkungan yang kotor.
Dengan pemberitaan negatif seperti diatas, bukan nama baik Indonesia
yang terdengar di dunia internasional akan tetapi citra buruk sebagai negara
yang tidak tertata dengan baik di sektor pemerintahan. Untuk itu, pemerintah
harus lebih seleksi dalam pemberian beasiswa kepada warga asing guna nama baik
Indonesia tetap terjaga dan program Soft
Diplomacy yang dijalankan dapat terawat dengan baik.
Bagi
pemerintah Indonesia, untuk mengantisipasi hal tersebut maka dilaksanakanlah seminar
Interim Report Kerja Sama Penelitian
P3K-OI dan ASEAN Study Center
Universitas Indonesia (ASC UI) dengan Judul “Menata Ulang Program Beasiswa untuk Warga Asing
sebagai Strategi Diplomasi Indonesia: Analisis Soft Power” di Ruang Jayakarta 2 BPPK Kemenlu, 11 September 2015. Dengan hasil
rapat tersebut Indonesia harus
benar-benar selektif dalam hal pemberian beasiswa kepada warga asing dan harus
ada tindak lanjut setelah penerima beasiswa tersebut selesai masa kuliahnya.
Karena dengan adanya peraturan tersebut dapat mengontrol dan mengetahui apakah
program beasiswa yang diberikan sesuai dengan program yang diterapkannya.
Apabila program tersebut tidak terrealisasikan oleh penerima beasiswa tersebut,
maka harus ada tuntutan dari pemerintah Indonesia untuk penerima beasiswa
tersebut agar ada efek jerah, agar kelak tidak terjadi lagi penyimpangan
seperti ini.
4.2 Pelaksanaan Tugas di Pusat Pengkajian
dan Pengembangan Kebijakan Kawasan Asia Pasifik dan Afrika (P3K2 ASPASAF) BPPK
Kemlu RI
Kegiatan
Harian selama Magang di periode September 2015 yang dijalankan oleh penulis di
Pusat Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Kawasan Asia Pasifik dan Afrika
(P3K2 ASPASAF), BPPK Kemlu RI. Adapun kegiatan tersebut adalah sebagai berikut:
4.4.1 Menerima Surat Masuk
Walaupun
penulis ditempatkan di Bidang Afrika, akan tetapi penulis sering membantu
peserta magang lainnya yang di tempatkan di sekretaris P3K2 ASPASAF dalam hal
menerima surat masuk. Dimana surat tersebut berbentuk Nota dinas, Nota Rahasia,
Surat Undangan, dan Surat Edaran, serta Berita Faksimil Biasa dan Rahasia yang
dating dari KBRI/KJRI di luar negeri.
Ada
kalanya penulis membantu memasukkan data dari setiap surat atau brafaks yang
masuk lalu di input kedalam sistem
komputer. Setelah mendata surat atau barafaks yang masuk, kemudian penulis
membuat lembar disposisi. Dalam lembar disposisi penulis mengisi beberapa kolom
seperti nomor surat, tanggal surat, perihal surat, asal surat dan tanggal
surat. Setelah itu, lembar disposisi yang telah dibuat kemudian distaples
bersamaan dengan surat/brafaksnya. Setelah selesai surat/brafaks tersebut
kemudian diberikan kepada Kepala Pusat P3K2 Aspasaf untuk di berikan tindak
lanjut mengenai Brafaks tersebut.
4.4.2 Memperbanyak/Mengcopy dan
mendistribusikan surat/brafaks yang
telah di disposisikan oleh Kepala Pusat ASPASAF
Sekali
mendayung dua tiga Pulau terlampaui, Pepatah ini penulis alami selama
pelaksanaan magang. Dimana, hal ini bisa memberikan manfaat yang baik, karena
selain di tempatkan di bidang Afrika penulis juga bisa mendapat pengalaman
dalam hal sekretariatan. Penulis juga sering membantu peserta magang yang
ditempatkan di bagian sekretaris dengan memperbanyak/mengcopy dan
mendistribusikan surat/brafaks yang telah di disposisikan oleh Kepala Pusat ASPASAF.
Setelah
surat atau brafaks di disposisi oleh Kepala Pusat P2K2 ASPASAF, biasanya
penulis diberi arahan untuk mengkopi brafaks tersebut sesuai keterangan dalam
surat disposisi tersebut. Selain mengkopi penulis juga mengedarkan
brafaks-brafaks tersebut ke bagian-bagian yang telah di disposisi seperti ke Kabid Timur Tengah, Asia Pasifik dan Afrika.
4.4.3
Mendata
dan Filling Surat
Setelah ada disposisi dari Kepala Pusat P2K2 ASPASAF ke bidang Afrika
maka penulis mendata brafaks tersebut. Dalam hal mendata, penulis biasanya
mengklasifikasikan brafaks tersebut baik brafaks yang bersifat rahasia maupun
biasa berdasarkan tanggal disposisinya. Setelah terklasifikasi berdasarkan
tanggalnya lalu penulis membundel dan memasukkannya ke folder yang hanya khusus
Afrika. Selain itu, ada juga folder yang tertulis lain-lain, biasanya mMap itu
berisi Surat Dinas, Undangan dan Surat Edaran.
Selain mendata Brafaks yang masuk ke Bidang Afrika, penulis sering
diinstruksikan untuk Filling Surat
dengan mengelompokkan surat berdasarkan folder Negara dengan tujuan agar
surat-surat yang masuk dapat dipisahkan sesuai dengan bagian negaranya. Apabila
data yang sudah dimasukkan kedalam folder negara masing-masing dibutuhkan suatu
saat maka dengan mudah mendapatkannya karena sudah terfolder dengan baik.
4.4.4 Berpartisipasi dalam Kegiatan P3K2
ASPASAF
Dalam
hal kegiatan yang diselenggarakan P3K2 ASPASAF seperti Forum Kajian Kebijakan
Luar Negeri (FKKLN), Diskusi Terbatas, Rapat, maupun Wawancara. Maka, penulis
dan peserta magang yang lainnya diberi tugas untuk menghubungi instansi yang
akan di undang melului telepon agar dapat memperoleh nomor faksimil atau
penulis juga mencarinya di internet. Jika nomor faksimil telah ditemukan, maka
penulis segera mengirimkan undangan tersebut melalui via faksimil.
Setelah pengiriman undangan melalui via faksimil, penulis melakukan follow up sekitar satu hari setelah
undangan dikirim dengan mengajukan pertanyaan seperti menanyakan apakah
faksimilnya sudah sampai dan menanyakan apakah bisa berpartisipasi dalam
kegiatan tersebut. Apabila faksimilnya belum sampai maka sesegera mungkin
mengirim ulang faksimilnya.
Selain mengirim surat, penulis juga menggunakan fasilitas faksimili
untuk mengirim surat balasan ke pihak suatu instansi mengenai keikutsertaan
P3K2 ASPASAF dalam forum diskusi yang diselenggarakan pihak tertentu melalui
faksimil juga. Setelah mengirim, penulis juga melakukan follow up ke pihak tersebut guna mengkonfirmasi ulang
faksimilnya.
4.3 Prosedur di BPPK KEMLU RI di Pusat
Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Kawasan Asia Pasifik dan Afrika (P3K2-ASPASAF)
Selama
melaksana program magang di Pusat Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Kawasan
Asia Pasifik dan Afrika (P3K2-ASPASAF) BPPK KEMLU RI penulis menemukan suatu
hal baru yang menurut penulis dapat masukkan dalam laporan ini. Adapun hal baru
tersebut sebagai berikut:
4.3.1 Istilah dan Background Warna Brafaks
Brafaks
merupakan surat/laporan dari KBRI/KJRI yang ada di Luar Negeri ke P3K2 ASPASAF
guna memberikan informasi terkini mengenai tempat diplomat tersebut di
tempatkan. Disini, penulis memperhatikan brafaks-brafak tersebut. Apabila
brafaks yang masuk merupakan Berita Rahasia maka Background Warna Brafaks tersebut berwarna Merah dan di sebut Surat
Kawat. Kenapa disebut Surat Kawat karena sifat dari brafaks tersebut Rahasia.
Sedangkan, brafaks yang Background
Warnanya Hijau berarti brafaks tersebut adalah Berita Biasa.
4.3.2 Warna Tinta Disposis Brafaks
Brafaks
yang masuk ke Sekretariat P3K2 ASPASAF akan dibuatkan lembar disposisi, dimana
setelah hal dari surat tersebut diketik kedalam sistem computer. Disini penulis
juga menemukan hal baru. Dimana, pada lembar disposisi tersebut tertera
beberapa jenis Tinta yang harus digunakan sesuai tingkat Eselon I – IV oleh Kepala pusat P3K2 ASPASAF. Adapun jenis
warna tinta yang digunakan sebagai berikut:
-
Disposisi (Catatan) Eselon I Tinta Merah.
-
Disposisi (Catatan) Eselon II Tinta Biru.
-
Disposisi (Catatan) Eselon III Tinta
Hijau.
-
Disposisi (Catatan) Eselon IV Tinta Hitam.
Konsep diplomasi merupakan salah satu
alat utama bagi negara untuk dapat menjalankan kebijakan dan melaksanakan
politik luar negerinya. Konsep diplomasi dalam Policy Planning Dialogue (PPD) ke-3 RI dan Afrika Selatan merupakan
kegiatan politik yang dilaksanakan Indonesia untuk menjaling kerjasama dengan
Afrika Selatan. Mengutip pendapat Ellis Briggs yang mengatakan bahwa diplomasi
adalah sebuah kegiatan urusan official
dengan cara mengirim seseorang untuk mewakili pemerintahan guna tercapainya
tujuan.[20] Perjalanan yang
dilaksanakan wakil Indonesia adalah untuk melaksanakan negosiasi dalam konsep
diplomasi ini dengan membawa beberapa hal yang akan dibicarakan dalam pertemuan
tersebut yaitu, mengajukan beberapa talking
point baik dibidang ekonomi, politik dan sosial budaya guna terwujudnya
kepentingan nasionalnya dengan diplomasi satu arah. Diplomasi ini sangat
bermanfaat bagi kepentingan Indonesia di beberapa bidang seperti pengayaan
batubara antara kedua negara. Sedangkan hasil dari PPD ini akan menjadi
rekomendasi dalam pengembangan kebijakan luar negeri Indonesia agar kepentingan
nasionalnya dapat tercapai.
Konsep diplomasi dalam Network of East Asian Think Tanks (NEAT)
dapat dilihat dari pertemuan antara negara-negara yang ada di kawasan ASEAN + 3
(Asia Tenggara + China, Jepang dan Korea Selatan) guna tercapainya integritas
kawasan. Pencapaian interest dan
penggunaan diplomasi sebagai alat pun tidak luput menjadi bagian dari politik
luar negeri dan diplomasi yang pada hakikatnya saling beriringan dan memiliki
tujuan yang sama, yaitu mencapai interest
bagi negara masing-masing. Ini menunjukkan adanya keterkaitan antarnegara dan
termasuk interaksi dalam hubungan internasional. Dengan politik luar negeri
yang diajukan dan proses diplomasi yang dijalankan, apabila keduanya berjalan
dengan lancar dan mampu diterima oleh semua pihak, maka kepentingan negara pun
bisa tercapai sehingga pada akhirnya setiap negara pasti menjalankan politik
luar negeri dan melakukan diplomasi untuk mencapai kesejahteraan bersama.
Adapun pengembangan kebijakannya sangat berpegang dari hasil pertemuan ini yang
akan mengedepankan integritas kawasan maritim yang senada diungkapkan Geoffrey McDermott bahwa
diplomasi adalah pertimbangan dalam manajemen hubungan internasional.[21]
Konsep diplomasi dalam Menata Ulang
Program Beasiswa untuk Warga Asing sebagai Strategi Diplomasi Indonesia:
Analisis Soft Power akan dijalankan
Indonesia dengan beberapa negara sahabat penerima beasiswa tersebut seperti
Thailand, Korea Selatan dan Myanmar. Dengan Konsep diplomasi yang dijalankan
tersebut akan mengurangi tindakan yang menyimpang dari pemberian beasiswa
tersebut seperti tidak adanya tanggungjawab penuh dari pelajar asing yang
menerima beasiswa dengan memberikan citra negatif bagi Indonesia. Istilah Soft Power juga digunakan dalam membahas
terjadinya perubahan dan cara-cara mempengaruhi opini sosial melalui
saluran-saluran yang tidak kentara dan pendekatan (lobby), baik di organisasi politik maupun non politik. Hal ini
setara dengan Penataan ulang beasiswa ini, karena penggunaan soft power untuk mengembang citra
Indonesia tanpa cara transparan seperti halnya beasiswa ini. Jay Wang melihat diplomasi sebagai suatu
usaha untuk mempertinggi mutu komunikasi antara negara dengan negara.[22] Dalam hal diplomasi ini
yang paling diutamakan adalah pendekatan komunikasi antar negara guna
tercapainya kepentingan nasionalnya.
BAB
V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kuliah Kerja Lapang Profesi (KKLP)
merupakan mata kuliah wajib untuk memperoleh gelar sarjana di Universitas
fajar. Selain itu, KKLP juga merupakan suatu media yang melatih mahasiswa untuk
mengetahui seluk beluk dunia kerja. Dengan pengetahuan dan pengalaman yang di
peroleh selama magang bisa membuat mahasiswa tidak kaku apabila sudah diterima
bekerja di suatu instansi perusahaan.
Dengan tujuan mempersiapkan mental
mahasiswa dalam memasuki ruang lingkup pekerjaan yang sebenarnya, KKLP juga
berpartisipasi membantu mahasiswa untuk mengaplikasikan teori yang di dapat
selama perkuliahan ke dalam ruang lingkup pekerjaan di dunia kerja. Dengan
pengaplikasian ini, mahasiswa yang bisa mengatasi kendalan dalam kegiatan
magang selama satu periode ini bisa dikatakan berhasil dalam peneran teori
tersebut.
Progam Kuliah Kerja Lapang Profesi (KKLP)
yang dilaksanakan oleh penulis selama periode September 2015 sangat bermakna
karena berbagai pengalaman yang di berikan selama magang tersebut. Program
magang ini memberikan motivasi kepada penulis untuk bekerja seperti para
diplomat yang di tempatkan sebagai duta besar di luar negeri.
Penulis mendapat kesempatan melaksanakan
kegiatan Kuliah Kerja Lapang Profesi (KKLP) di Pusat Pengkajian dan
Pengembangan Kebijakan Kawasan Asia Pasifik dan Afrika (P3K2 Aspasaf), Badan
Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Kementrian Luar Negeri Republik Indonesia
(BPPK KEMLU RI) bagian selama satu bulan.
Melalui program Kuliah Kerja Lapang
Profesi (KKLP) ini penulis bisa memahami dunia kerja yang sebenarnya yang
sangat berbeda dengan dunia kuliah. Penulis juga bisa memahami tentang konsep
kepemimpinan di dunia kerja, dilatih untuk bekerja secara tim, sopan santun
sesama pegawai dan etika berpakaian di lingkungan pekerjaan. Selain itu,
penulis juga bisa memahami setiap karakter staf yang ada di tempat magang
tersebut.
Dalam pelaksanaan kegiatan Kuliah Kerja
Lapang Profesi (KKLP) penulis bisa mendapat pengalaman mengikuti berbagai
seminar dan penulis juga melihat secara langsung kinerja para diplomat baik itu
diplomat fungsional maupun duta besar. Penulis juga melihat proses aktifitas
administrasi dari perwakilan Republik Indonesia di luar negeri yang mengirimkan
berita ke tempat magang penulis.
Berdasarkan
beberapa seminar yang penulis ikuti ada satu garis benang merah yang
menghubungkannya, yaitu Diplomasi. Diplomasi secara teori yaitu praktek
pelaksanaan hubungan antar negara melalui perwakilan resmi. Diplomasi merupakan
teknik operasional untuk mencapai kepentingan nasional di luar wilayah
jurisdiksi sebuah negara. Jadi, dalam beberapa seminar tersebut memberikan
keuntungan dalam pencapaian kerjasama politik internasional sehingga terjadinya
interaksi antar negara baik itu bilateral maupun multilateral.
5.2 Saran
Selama satu bulan penulis melaksanakan
kegiatan Kuliah Kerja Lapang Profesi (KKLP) di Badan Pengkajian dan
Pengembangan Kebijakan Kementrian Luar Negeri RI yaitu Periode September 2015.
Ada berbagai macam pengalaman yang penulis alami selama periode magang
tersebut. Sehingga, penulis bisa memberikan saran yang bermanfaat kepada mahasiswa
yang akan melaksanakan kegiatan serupa. Dengan harapan, pelaksanaan Kuliah
Kerja Lapang Profesi (KKLP) bisa berjalan dengan lancar dan memberi manfaat
bagi mahasiswa tersebut. Adapun sarannya sebagai berikut:
1.
Mahasiswa yang ingin melaksanakan Kuliah Kerja
Lapang Profesi (KKLP) / Magang di suatu Instansi Pemerintahan maupun
Swasta, alangkah baiknya jika sesuai dengan Prgram Studi dan
Konsentranya di Almamater tempatnya menimbah ilmu. Karena, bisa menyesuaikan
diri di tempat kerja yang dipilihnya.
2.
Setelah menemukan tempat Kuliah Kerja
Lapang Profesi (KKLP) / Magang, maka Mahasiswa sebaiknya memasukkan lamaran
magang secepatnya maksimal delapan bulan sebelum pelaksaan program magang
tersebut. Karena kebanyakan kuota instansi perusahaan untuk program magang
cepat terisi, apalagi pelaksanaan magang di setiap universitas bersamaan yaitu
pada semester tujuh.
3.
Setelah lamaran dikirim, mahasiswa
diharapkan mencari tempat tinggal yang berada di sekitar tempat magang, karena
selain menghindari keterlambatan masuk kerja karena lokasinya yang jauh dan
juga menghemat biaya hidup.
4.
Mahasiswa yang ingin melaksanakan Kuliah
Kerja Lapang Profesi (KKLP) / Magang sebaiknya mempersiapkan kebutuhan kerja
sebelum berangkat karena akan memakan waktu jika semua keperluan kerja baru
dipersiapkan di tempat magang.
5.
Menjaga tata krama selama melaksanakan
kegiatan Kuliah Kerja Lapang Profesi (KKLP) karena apabila tata karma tidak
baik selama magang maka hal itu akan berimbas pada nama baik Universitas dan
peserta magang yang ingin mengajukan magang di instansi yang sama.
6.
Malu bertanya tersesat di jalan. Pepatah
ini sangat bermanfaat dalam pelaksanaan kegiatan Kuliah Kerja Lapang Profesi
(KKLP). Mahasiswa diharapkan untuk tidak malu bertanya selama magang mengenai
pekerjaan yang diberikan, dengan banyak bertanya, maka akan cepat mengerti
tugas yang diberikan oleh atasan.
7.
Selama pelaksanaan kegiatan Kuliah Kerja
Lapang Profesi (KKLP) mahasiswa di harapkan untuk menahan egonya apabila
mendapat kritikan selama magang
tersebut. Karena setiap orang di dunia kerja berbeda-beda, serta dunia kerja
dan dunia kampus sangat berbeda jauh.
8.
Sedangkan saran untuk P3K2 ASPASAF BPPK
KEMLU RI yaitu, dalam pelaksanaan Seminar yang diselenggarakan pihak KEMLU
alangkah baiknya jika pelibatan peserta bukan hanya Universitas-universitas
yang berlokasi di pusat saja, akan tetapi dari kalangan universitas yang ada di
jauh dari pusat karena kebanyakan informasi mengenai seminar tersebut tidak
diketahui oleh beberapa universitas yang jauh dari pusat khususnya di Kawasan
Timur Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Anak Agung Banyu Perwita dan Yani, Yanyan Mochamad. 2005. Pengantar Ilmu Hubungan Internaional.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Breuning,
Marijke. 2007. Foreign Policy Analysis: A
Comparative Introduction. New York: Palgrave MacMillan.
Ganewati Wuryandari. 2008. Politik
Luar Negeri Indonesia di Tengah Pusaran Politik Domestik. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Hoffman, Stanley. 1998. A World of
Complex. Dalam Douglas J, Murray dan Paul Viotti (Ed.), The Defense Policies of Nations: A
Comparative Study (hlm.25). Lexington: Lexington Books.
Olton, Roy dan Plano, Jack C. 1999. Internasional
Relations Dictionary. Terjemahan oleh Wawan Juanda. 1999. Jakarta: Putra A.
Bardhin CV.
Panitia Penulisan Sejarah Deplu. 1971. Dua Puluh Lima Tahun Departemen Luar Negeri 1945 – 1970. Jakarta:
Percetakan Ofsett KAWAL.
Pribadi Sutiono. 2013. Negosiasi
dalam Hubungan Internasional. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Siregar, David J. 1961. The Level
of Analysis Problem in International Relations. Dalam World Politics (Ed.),
The Level of Analysis Problem in
International Relations (hlm. 77-92). Vol.14: No.1.
Watson, Adam. 1982. Diplomacy: The
Dialogue Between States. Oxford: Routledge Publishing.
White, Brian. 1997. Diplomacy. Dalam J. Baylis & S. SmitH (Ed.), The Globalization of World Politics: An
Introduction to International Relations. New York: Oxford University Press.
Jurnal:
Hennida, Citra.
2010. Diplomasi Publik dalam Politik Luar Negeri. Jurnal Masyarakat Kebudayaan dan Politik, (Online), Volume 22,
Nomor 1. (http://mkp.fisip.unair.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=101:diplomasi-publik-dalam-politik-luar
negeri&catid=34:mkp&Itemid=61 diakses 10
November 2015).
Wang, J. 2006. Public Diplomacy and Global Business. The Journal of Business Strategy (Online), Vol. 3, No.1, (http://proquest.umi.com/ diakses 3
November 2015.
Internet:
KBRI Beijing Ed.PY. 2013.
Diplomasi. Policy Planning
Dialogue RI – RRT: Indonesia Tekankan Kerjasama Kawasan yang Erat (Online),
The Global Review,(http://www.theglobal-review.com/content_detail.php?lang=id&id=12748&type=15#.VkKZOV5oZfc
diakses 4 November 2015 Pukul 15.10 Wita)
Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia. 2015. Sinergi Cendikiawan dan
Pemerintah, Cerminkan ASEAN Yang Berorientasi Pada Masyarakat. (http://www.kemlu.go.id/id/berita/Pages/Sinergi-Cendikiawan-dan-Pemerintah-Cerminkan-ASEAN-Yang-Berorientasi-Pada-Masyarakat.aspx
diakses tanggal 6 November 2015 Pukul 17.00 Wita)
Mohammad Ridwan. 2015. Sinergi cendikiawan dan pemerintah memajukan
kerjasama kawasan. Kemlu RI selenggarakan NEAT Annual Conference ke-13
(Online), Lensaindonesia.com, (http://www.lensaindonesia.com/2015/09/09/kemlu-ri-selenggarakan-neat-annual-conference-ke-13.html
diakses 7 November 2015 Pukul
14.40 Wita)
Dokumen
Daftar Pejabat Kementerian Luar Negeri Edisi XXXIII
Periode Februari 2015.
2015. Jakarta: Kementerian Luar Negeri
RI
Peraturan Menteri Luar
Negeri Republik Indonesia Nomor 07 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Luar Negeri. 2011. Jakarta: Kementerian
Luar Negeri RI
Usman, Uspiana H. 2014. Laporan Pelaksanaan
Magang Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Luar Negeri (BPPK)
Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia. Disertasi tidak diterbitkan.
Makassar: Program Studi Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ekonomi dan
Ilmu-Ilmu Sosial Universitas Fajar
[1] Anak Agung Banyu Perwita dan
Yanyan Mochamad Yani, 2005, Pengantar
Ilmu Hubungan Internaional, Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, Hal. 10.
[2] Stanley Hoffman. 1998, A World of Complex. Dalam Douglas J,
Murray dan Paul Viotti (Ed.), The Defense
Policies of Nations: A Comparative Study, Lexington: Lexington Books, Hal.
25.
[3] Marijke Breuning, 2007, Foreign Policy Analysis: A Comparative
Introduction, New York: Palgrave MacMillan, Hal. 2
[4] Ibid., Hal. 5
[5] David J Siregar, 1961, The Level of Analysis Problem in
International Relations, Dalam World Politics (Ed.), The Level of Analysis Problem in International Relations, Vol.14:
No.1. Hal. 77-92.
[6]
Roy Olton dan Jack C Plano, 1999. Internasional Relations Dictionary,
Terjemahan oleh Wawan Juanda, 1999, Jakarta: Putra A. Bardhin CV, Hal. 202.
[7]
Adam Watson, 1982, Diplomacy: The
Dialogue Between States, Oxford: Routledge Publishing, Hal. 39.
[8] J
Wang, 2006, Public Diplomacy and Global Business,
The Journal of Business Strategy
(Online), Vol. 3, No.1, (http://proquest.umi.com/ diakses 3 November
2015).
[9]
Ganewati Wuryandari, 2008, Politik Luar
Negeri Indonesia di Tengah Pusaran Politik Domestik, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, Hal. 1.
[10]
Brian White, 1997, Diplomacy, Dalam
J, Baylis & S. SmitH (Ed.), The
Globalization of World Politics: An Introduction to International Relations,
New York: Oxford University Press, Hal. 26.
[11] Ibid., Hal.258.
[12] Pribadi Sutiono, 2013, Negosiasi dalam Hubungan Internasional, Yogyakarta:
Graha Ilmu, Hal. xi.
[13]
Panitia Penulisan Sejarah
Deplu, 1971, Dua Puluh Lima Tahun
Departemen Luar Negeri 1945 – 1970, Jakarta: Percetakan Ofsett KAWAL, Hal
21.
[14] Uspiana H Usman, 2014, Laporan Pelaksanaan Magang Badan Pengkajian
dan Pengembangan Kebijakan Luar Negeri (BPPK) Kementerian Luar Negeri Republik
Indonesia, Disertasi tidak diterbitkan, Program Studi Ilmu Hubungan
Internasional Fakultas Ekonomi dan Ilmu-Ilmu Sosial Universitas Fajar,
Makassar, Hal. 11.
[15] Peraturan Menteri Luar Negeri
Republik Indonesia Nomor 07 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Luar Negeri, 2011, Jakarta:
Kementerian Luar Negeri, Hal. 290.
[16] KBRI Beijing/ Ed.PY, 2013, Diplomasi.
Policy Planning Dialogue RI – RRT: Indonesia Tekankan Kerjasama Kawasan yang
Erat (Online), The Global Review,
(http://www.theglobal-review.com/content_detail.php?lang=id&id=12748&type=15#.VkKZOV5oZfc
diakses 4 November 2015 Pukul 15.10 Wita).
[17] Kementerian Luar Negeri Republik
Indonesia. 2015. Sinergi Cendikiawan dan Pemerintah, Cerminkan ASEAN Yang
Berorientasi Pada Masyarakat.
(http://www.kemlu.go.id/id/berita/Pages/Sinergi-Cendikiawan-dan-Pemerintah-Cerminkan-ASEAN-Yang-Berorientasi-Pada-Masyarakat.aspx
diakses tanggal 6 November 2015 Pukul 17.00 Wita)
[18] Mohammad
Ridwan, 2015, Sinergi
cendikiawan dan pemerintah memajukan kerjasama kawasan, Kemlu RI selenggarakan
NEAT Annual Conference ke-13 (Online), Lensaindonesia.com,
(http://www.lensaindonesia.com/2015/09/09/kemlu-ri-selenggarakan-neat-annual-conference-ke-13.html
diakses 7 November 2015 Pukul 14.40 Wita).
[19]
Hennida, Citra, 2010, Diplomasi Publik dalam Politik Luar Negeri, Jurnal
Masyarakat Kebudayaan dan Politik, (Online), Volume 22, Nomor 1, (http://mkp.fisip.unair.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=101:diplomasi-publik-dalam-politik-luar
negeri&catid=34:mkp&Itemid=61 diakses 10 November 2015).
[20] Roy Olton dan Jack C Plano, 1999. Internasional
Relations Dictionary, Terjemahan oleh Wawan Juanda, 1999, Jakarta: Putra A.
Bardhin CV, Hal. 202.
[21] Adam Watson, 1982, Diplomacy:
The Dialogue Between States, Oxford: Routledge Publishing, Hal. 39.
[22] J Wang, 2006, Public Diplomacy and Global Business, The Journal of Business Strategy (Online),
Vol. 3, No.1, (http://proquest.umi.com/ diakses 3 November 2015).